Makasih Irfan, udah bikin aku merasakan
hangatnya pelukan persahabatanmu, walaupun kita hanya sebatas sahabat namun aku
senang ada yang memerhatikanku, dan menjagaku layaknya kakakku sendiri..
Sekali lagi.. Terimakasih..
Walaupun kamu gak tau fan, cewek yang kamu
tunggu itu ada disini,
Aku..
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
#
Sebulan kemudian
Sebulan kemudian
Keadaan mulai membaik
Sabila sudah merasa sangat enjoy
bersahabat dengan Irfan, dia sangat perhatian namun terkadang kalau kesal
sikapnya suka dingin gak jelas begitu sih. Sabila makin hari tapi makin galau
aja krn Curhatannya si Irfan. Irfan itu kalau dipikir2 menunggu yang bener2 gak
mungkin.. Nunggu sampe ke ujung dunia juga gak bakal nyampe #Delon.
Si Steven and Servita apa kabar ya? Hah!
SKIP>>
#
Minggu,
Gramedia
Minggu,
Gramedia
Irfan dan Sabila pergi
berdua ke Gramedia (just sebagai
Sahabat-..-). Irfan benar2 tertarik sama budaya Jepang dan sastra manga nya. Sehingga dia lebih banyak
ngabisin waktu ke daerah komik.
Ya sabila juga gitu
sih.
“Ya ampun, Sab” Irfan
menunduk ke rak tempat Sabila ngambil komik. Sabila mendongak ke atas menghadap
wajah Irfan yang penuh kejahilan.
“Apa? Huh?” Sabila
sinis.
“Do.. Do… Doraemonnn!!
Wkwkwkwk!” Irfan ketawa mukul-mukul rak komik, muka Sabila langsung ngedown banget.
Sabila’s POV
Apa-apaan ini! Gak terima gue.. Suka doraemon salah kah?!!!! Irfan-irfan lo itu jail nya bukan maen ya, tapi.. walaupun lo ngejek2 gue.. Bukannya marah kok gue malah seneng ya? Hmmpphh
Apa-apaan ini! Gak terima gue.. Suka doraemon salah kah?!!!! Irfan-irfan lo itu jail nya bukan maen ya, tapi.. walaupun lo ngejek2 gue.. Bukannya marah kok gue malah seneng ya? Hmmpphh
Pipi Sabila memerah.
“WKwkwk,,, Sabila suka
doraemon yaa.. Eh?” Irfan memegang dagu Sabila ingin lebih jelas melihat rona
merah di pipinya. Kedua wajah mereka sepertinya sudah tidak berjarak lagi.
Irfan yang frontal benar2 melakukannya dengan lama. Sehingga orang2 sekitar
benar2 curiga.
“Knp pipi lo merah?”
Irfan berujar lagi
Sabila yang
merasakannya spontan tambah memerah lagi pipinya apalagi wajah mereka sangat
berdekatan.
Lalu, Irfan menjauhkan
kembali wajahnya sambil mendorong poninya ke samping agar tidak menghalangi
mata.
Dari kejauhan ada
seorang cowok jangkung yang memerhatikan mereka berdua, sedang bersandar di
sebuah rak buku dengan apelnya. Matanya sinis sekali, seakan2 menjadi kamera
pengintai.
Dia mendengar semua
pembicaraan mereka berdua,
“Fan.. Abis ini kemana
dong kita?” Sabila mengambil komik doraemon sambil bertanya kepada Irfan.
Pipinya
sudah pulih sekarang.
“Emphh.. Ke Central Plaza aja kalo gak? Ada sesuatu
yang bakal gua tunjukin.. pasti lo gak percaya nih.” Irfan berkata seperti itu
sambil menunjukan kedalaman lesung pipinya. Kemudian, dia pun menyambar komik Doraemon Sabila dan langsung menuju ke kasir.
Sabila terperangah dan
membiarkannya.
Dia lalu berjalan
mengikuti Irfan ke kasir setelah beberapa lama dia pergi.
SKIP>>
Steven
memerhatikannya, diapun langsung menuju parkiran dan tancap gas dengan
mobilnya. Dia berujar sambil tersenyum.
“Central Plaza..”
#
Kasir Gramedia
Kasir Gramedia
“Nih..” Irfan
menyerahkan bingkisan kecil pada Sabila. Tangan Sabila pun meraihnya.
“Terimakasih.”
“Jangan sok sopan gitu
deh, hahaha.” Irfan menepuk bahu Sabila, sepertinya sangat keras membuat Sabila
meringis tapi akhirnya Sabila ketawa2 lagi.
“Ih.. siapageh yang
sok sopan. :p”
“Hahaha..”
SKIP>>
Mereka berdua menuruni
tangga dan langsung menuju parkiran. Sabila siap-siap dengan helm nya.
Sementara Irfan menghidupkan mesin dan menggiring motornya ke posisi yang pas
untuk keluar. Setelah itu Sabila naik dan mereka pun keluar dari area Gramedia.
Di perjalanan Irfan
berpikir dan melamuni hal tadi saat pipi Sabila memerah.
Irfan’s POV
Sabila? Ada apa dengan dia. Pipinya merah gitu, kalo gua mah spontan aja narik wajah dia kayakgitu, soalnya kan udh biasa juga. Tapi kenapa wajah dia merah ya? Ohh iya! Kalo gua liat2 lagi muka dia dr deket.. kok mata dia mirip mata cewek yang gua taksir dulu ya.. waktu kelas 9 itu?
Andai gua tau siapa nama cewek yang gua taksir dulu itu. Jadi gua bisa survey kan sama temen2 gue di sekolah laen. Kenapa sih gua harus naksir cewek dengan cara kayakgini?! Kenapa gua harus naksir cewek yang gak ada di pandangan gua sekarang ini. Tapi.. kalo gua jalan sama Sabila terus, kenapa gua selalu keinget cewek itu ? gua selalu keinget sama mata dia yang indah, senyumnya. Gua gak ngerti semua ini. Oh iya! Dia temennya Yuni yang dulu di 9E itu.. Sabila kan di 9E siapatau dia bakalan ngasih tau gua info!
Sabila? Ada apa dengan dia. Pipinya merah gitu, kalo gua mah spontan aja narik wajah dia kayakgitu, soalnya kan udh biasa juga. Tapi kenapa wajah dia merah ya? Ohh iya! Kalo gua liat2 lagi muka dia dr deket.. kok mata dia mirip mata cewek yang gua taksir dulu ya.. waktu kelas 9 itu?
Andai gua tau siapa nama cewek yang gua taksir dulu itu. Jadi gua bisa survey kan sama temen2 gue di sekolah laen. Kenapa sih gua harus naksir cewek dengan cara kayakgini?! Kenapa gua harus naksir cewek yang gak ada di pandangan gua sekarang ini. Tapi.. kalo gua jalan sama Sabila terus, kenapa gua selalu keinget cewek itu ? gua selalu keinget sama mata dia yang indah, senyumnya. Gua gak ngerti semua ini. Oh iya! Dia temennya Yuni yang dulu di 9E itu.. Sabila kan di 9E siapatau dia bakalan ngasih tau gua info!
Tak terasa sekarang
motor Irfan sudah ada di parkiran Central
Plaza. Irfan langsung menarik Sabila ke lantai 3, Theatre XXI.
“Bioskop?” Sabila
berujar dengan kaget. Baru pertama kali jalan-jalan sama Irfan langsung diajak
ke bioskop?
#
Bioskop
Bioskop
“Ada apaan sih fan
kejutannya?” Sabila mengguncang2 Irfan agar dia mau memberi tahu. Tapi tak
kunjung jua. Irfan malah senyam-senyum sambil bilang.
“Liat aja nanti Sab”
“Sab, gua kesana
bentar yaa..”
Sabila pun menunggu di
kursi panjang. Sementara Irfan ngacir.
Entah kejutan apa ya yang mau dikasih Irfan.
Lama-kelamaan menunggu
si Sabila mulai bosan, namun tiba2 ada seorang cowok yang duduk di sebelahnya
sambil menyodorkan sekotak popcorn.
Sabila menoleh dan
kaget. Namun kotak popcorn sudah ada di genggaman tangannya.
“Stev.. Steven??”
Steven tersenyum
dengan panggilan itu, gingsulnya muncul ke permukaan.
“Gua sengaja beli dua
kotak karena ada elo disini..” Steven menunjuk ke popcornnya. Lalu Sabila mulai menikmati popcorn sambil berbincang-bincang dengan Steven.
“Stev.. lo kesini
ngapain?”
“Hmm.. Gue sebenernya
mau nonton tapi gue bingung mau nonton apa, lo ada usul?”
“Menurut gue sih.. Lo
nonton film action aja stev, agaknya
lo galau deh.”
“Iya kali ya.. Hmm……”
Steven menghadap ke kiri nya lama sekali lalu mengibaskan poninya. Dia
memandang ke berbagai papan iklan film dan berfikir keras apa film yang akan
ditontonnya.
“Kalo lo suka film
apa, Sabila?” Steven bertanya sambil tersenyum simpul. Dia penasaran apa
tipikal film yang disukai gadis impiannya itu.
“Hmmh.. The Avangers?
Gua penasaran banget sama tuh film mau jadi kayak apa super hero nyaaa.. Wahhhh”
Sabila mulai jadi lebay gara2 terlalu tertarik sama film itu sampe2 lupa kalo
ada Irfan disana *hebatya*.
Steven mencoba
mencapai kantung celana belakangnya. Setelah agak lama, Sabila menemukan dua
lembar kertas di genggaman tangan Steven. Steven lalu memunculkan gingsul
manisnya lagi.
“Mau nonton sama gue
Sab?”
Sabila terheran2.
Steven ini emang penuh kejutan, tadi katanya gak tau film apa yang mau ditonton
eh taunya udh ada tiketnya pula.
“Kalo popcorn elo
abis, gua pesenin lagi yang jumbo cheese” Kata Steven seraya membuang kotak
popcorn Sabila yang udah kosong ditangan cewek itu.
Sabila masih bengong
aja. Steven nyadar kalo pedekatenya itu emang udh bener2 menakjubkan, Steven
gitu udh anak orang kaya, ganteng pula.. Weittsssss..
Kali ini Steven mengharapkan ucapan kata ‘iya’ dari Sabila,
Sabila memandang
lekat2 wajah Steven sambil memainkan tangannya dia berkata “Maaf”
“Maaf Stev, sekarang
gua lagi gak ada waktu buat nontonnya. Walaupun itu kesukaan gue atau apapun.
Tapi.. gue ada janji sama yang lain.”
Steven mengangguk
dengan tidak ikhlas lahir batin,
“Irfan ya?” Steven
menunduk memasang raut muka sedih yang mendalam. Namun gak keliatan Sabila
karena gelapnya.
Sabila langsung
mengalihkan pembicaraan seraya berkata,
“Makasih popcornnya
Stev, Bye..”
Sabila beranjak. Dia
menuju tempat pembelian tiket.
Steven melempar kotak
popcorn nya ke lantai. Lalu dia beranjak keluar Theatre/Bioskop tersebut.
Dia berlari dan terus
berlari, sampai di pintu.
SKIP>>
“AAuuwwww!” Cewek
kurus dengan shortpants super pendek menabrak Steven. Cewek itu terjatuh di
depan pintu masuk Theatre/Bioskop tadi.
“Sorii..” Steven
menyodorkan tangannya ke cewek itu. Cewek itu pun bangkit dengan bantuan
Steven.
Cewek itu mengedipkan
matanya, pandangannya benar2 buram saat tertabrak. Cewek itu lalu mengucek2
matanya dan akhirnya pandangannya pulih. Diapun memegangi kepala nya yang
benar2 terasa sakit. Lalu melihat ke Steven yang memasang muka cemas.
“Lo gak papa?” Steven
menekan alisnya sambil memandangi cewek yang ditabraknya.
Cewek itu kaget
melihat wajah Steven, dia rasa dia mengenalinya.
“Kak Steven? Lo..?”
“Lo.. lo siapa?” Kata
Steven yang benar2 heran.
“Ini gua kak, ini
gua.. Servita saudara angkat elo..”
Steven membeku,
sementara Servita menangis disitu. Dia memeluk Steven yang tidak tahu apa-apa.
Di tengah keramaian.
No comments:
Post a Comment