Saturday, March 16, 2013

He is My Flashback Part 10




Makasih Irfan, udah bikin aku merasakan hangatnya pelukan persahabatanmu, walaupun kita hanya sebatas sahabat namun aku senang ada yang memerhatikanku, dan menjagaku layaknya kakakku sendiri..
Sekali lagi.. Terimakasih..

Walaupun kamu gak tau fan, cewek yang kamu tunggu itu ada disini,
Aku..
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



#
Sebulan kemudian

Keadaan mulai membaik Sabila sudah merasa sangat enjoy bersahabat dengan Irfan, dia sangat perhatian namun terkadang kalau kesal sikapnya suka dingin gak jelas begitu sih. Sabila makin hari tapi makin galau aja krn Curhatannya si Irfan. Irfan itu kalau dipikir2 menunggu yang bener2 gak mungkin.. Nunggu sampe ke ujung dunia juga gak bakal nyampe #Delon.

Si Steven and Servita apa kabar ya? Hah!

SKIP>>

#
Minggu,
Gramedia

Irfan dan Sabila pergi berdua ke Gramedia (just sebagai Sahabat-..-). Irfan benar2 tertarik sama budaya Jepang dan sastra manga nya. Sehingga dia lebih banyak ngabisin waktu ke daerah komik.

Ya sabila juga gitu sih.

“Ya ampun, Sab” Irfan menunduk ke rak tempat Sabila ngambil komik. Sabila mendongak ke atas menghadap wajah Irfan yang penuh kejahilan.

“Apa? Huh?” Sabila sinis.

“Do.. Do… Doraemonnn!! Wkwkwkwk!” Irfan ketawa mukul-mukul rak komik, muka Sabila langsung ngedown banget.

Sabila’s POV
Apa-apaan ini! Gak terima gue.. Suka doraemon salah kah?!!!! Irfan-irfan lo itu jail nya bukan  maen ya, tapi.. walaupun lo ngejek2  gue.. Bukannya marah kok gue malah seneng ya? Hmmpphh


Pipi Sabila memerah.


“WKwkwk,,, Sabila suka doraemon yaa.. Eh?” Irfan memegang dagu Sabila ingin lebih jelas melihat rona merah di pipinya. Kedua wajah mereka sepertinya sudah tidak berjarak lagi. Irfan yang frontal benar2 melakukannya dengan lama. Sehingga orang2 sekitar benar2 curiga.

“Knp pipi lo merah?” Irfan berujar lagi

Sabila yang merasakannya spontan tambah memerah lagi pipinya apalagi wajah mereka sangat berdekatan.

Lalu, Irfan menjauhkan kembali wajahnya sambil mendorong poninya ke samping agar tidak menghalangi mata.

Dari kejauhan ada seorang cowok jangkung yang memerhatikan mereka berdua, sedang bersandar di sebuah rak buku dengan apelnya. Matanya sinis sekali, seakan2 menjadi kamera pengintai.

Dia mendengar semua pembicaraan mereka berdua,

“Fan.. Abis ini kemana dong kita?” Sabila mengambil komik doraemon sambil bertanya kepada Irfan. 

Pipinya sudah pulih sekarang.

“Emphh.. Ke Central Plaza aja kalo gak? Ada sesuatu yang bakal gua tunjukin.. pasti lo gak percaya nih.” Irfan berkata seperti itu sambil menunjukan kedalaman lesung pipinya. Kemudian, dia pun menyambar komik Doraemon Sabila dan langsung menuju ke kasir.

Sabila terperangah dan membiarkannya.

Dia lalu berjalan mengikuti Irfan ke kasir setelah beberapa lama dia pergi.

SKIP>>

Steven memerhatikannya, diapun langsung menuju parkiran dan tancap gas dengan mobilnya. Dia berujar sambil tersenyum.
 “Central Plaza..

#
Kasir Gramedia

“Nih..” Irfan menyerahkan bingkisan kecil pada Sabila. Tangan Sabila pun meraihnya.

“Terimakasih.”

“Jangan sok sopan gitu deh, hahaha.” Irfan menepuk bahu Sabila, sepertinya sangat keras membuat Sabila meringis tapi akhirnya Sabila ketawa2 lagi.

“Ih.. siapageh yang sok sopan. :p”

“Hahaha..”

SKIP>>

Mereka berdua menuruni tangga dan langsung menuju parkiran. Sabila siap-siap dengan helm nya. Sementara Irfan menghidupkan mesin dan menggiring motornya ke posisi yang pas untuk keluar. Setelah itu Sabila naik dan mereka pun keluar dari area Gramedia.

Di perjalanan Irfan berpikir dan melamuni hal tadi saat pipi Sabila memerah.

Irfan’s POV
Sabila? Ada apa dengan dia. Pipinya merah gitu, kalo gua mah spontan aja narik wajah dia kayakgitu, soalnya kan udh biasa juga. Tapi kenapa wajah dia merah ya? Ohh iya! Kalo gua liat2 lagi muka dia dr deket.. kok mata dia mirip mata cewek yang gua taksir dulu ya.. waktu kelas 9 itu?
Andai gua tau siapa nama cewek yang gua taksir dulu itu. Jadi gua bisa survey kan sama temen2 gue di sekolah laen. Kenapa sih gua harus naksir cewek dengan cara kayakgini?! Kenapa gua harus naksir cewek yang gak ada di pandangan gua sekarang ini. Tapi.. kalo gua jalan sama Sabila terus, kenapa gua selalu keinget cewek itu ? gua selalu keinget sama mata dia yang indah, senyumnya. Gua gak ngerti semua ini. Oh iya! Dia temennya Yuni yang dulu di 9E itu.. Sabila kan di 9E siapatau dia bakalan ngasih tau gua info!

Tak terasa sekarang motor Irfan sudah ada di parkiran Central Plaza. Irfan langsung menarik Sabila ke lantai 3, Theatre XXI.

“Bioskop?” Sabila berujar dengan kaget. Baru pertama kali jalan-jalan sama Irfan langsung diajak ke bioskop?

#
Bioskop

“Ada apaan sih fan kejutannya?” Sabila mengguncang2 Irfan agar dia mau memberi tahu. Tapi tak kunjung jua. Irfan malah senyam-senyum sambil bilang.

“Liat aja nanti Sab”

“Sab, gua kesana bentar yaa..”

Sabila pun menunggu di kursi panjang. Sementara Irfan ngacir. Entah kejutan apa ya yang mau dikasih Irfan.

Lama-kelamaan menunggu si Sabila mulai bosan, namun tiba2 ada seorang cowok yang duduk di sebelahnya sambil menyodorkan sekotak popcorn.

Sabila menoleh dan kaget. Namun kotak popcorn sudah ada di genggaman tangannya.

“Stev.. Steven??”
Steven tersenyum dengan panggilan itu, gingsulnya muncul ke permukaan.

“Gua sengaja beli dua kotak karena ada elo disini..” Steven menunjuk ke popcornnya. Lalu Sabila mulai menikmati popcorn sambil berbincang-bincang dengan Steven.

“Stev.. lo kesini ngapain?”

“Hmm.. Gue sebenernya mau nonton tapi gue bingung mau nonton apa, lo ada usul?”

“Menurut gue sih.. Lo nonton film action aja stev, agaknya lo galau deh.”

“Iya kali ya.. Hmm……” Steven menghadap ke kiri nya lama sekali lalu mengibaskan poninya. Dia memandang ke berbagai papan iklan film dan berfikir keras apa film yang akan ditontonnya.

“Kalo lo suka film apa, Sabila?” Steven bertanya sambil tersenyum simpul. Dia penasaran apa tipikal film yang disukai gadis impiannya itu.

“Hmmh.. The Avangers? Gua penasaran banget sama tuh film mau jadi kayak apa super hero nyaaa.. Wahhhh” Sabila mulai jadi lebay gara2 terlalu tertarik sama film itu sampe2 lupa kalo ada Irfan disana *hebatya*.

Steven mencoba mencapai kantung celana belakangnya. Setelah agak lama, Sabila menemukan dua lembar kertas di genggaman tangan Steven. Steven lalu memunculkan gingsul manisnya lagi.

“Mau nonton sama gue Sab?”
Sabila terheran2. Steven ini emang penuh kejutan, tadi katanya gak tau film apa yang mau ditonton eh taunya udh ada tiketnya pula.

“Kalo popcorn elo abis, gua pesenin lagi yang jumbo cheese” Kata Steven seraya membuang kotak popcorn Sabila yang udah kosong ditangan cewek itu.

Sabila masih bengong aja. Steven nyadar kalo pedekatenya itu emang udh bener2 menakjubkan, Steven gitu udh anak orang kaya, ganteng pula.. Weittsssss..
 
Kali ini Steven mengharapkan ucapan kata ‘iya’ dari Sabila,

Sabila memandang lekat2 wajah Steven sambil memainkan tangannya dia berkata “Maaf”

“Maaf Stev, sekarang gua lagi gak ada waktu buat nontonnya. Walaupun itu kesukaan gue atau apapun. Tapi.. gue ada janji sama yang lain.”

Steven mengangguk dengan tidak ikhlas lahir batin,

“Irfan ya?” Steven menunduk memasang raut muka sedih yang mendalam. Namun gak keliatan Sabila karena gelapnya.

Sabila langsung mengalihkan pembicaraan seraya berkata,


“Makasih popcornnya Stev, Bye..”


Sabila beranjak. Dia menuju tempat pembelian tiket.

Steven melempar kotak popcorn nya ke lantai. Lalu dia beranjak keluar Theatre/Bioskop tersebut.
Dia berlari dan terus berlari, sampai di pintu.

SKIP>>

“AAuuwwww!” Cewek kurus dengan shortpants super pendek menabrak Steven. Cewek itu terjatuh di depan pintu masuk Theatre/Bioskop tadi.

“Sorii..” Steven menyodorkan tangannya ke cewek itu. Cewek itu pun bangkit dengan bantuan Steven.

Cewek itu mengedipkan matanya, pandangannya benar2 buram saat tertabrak. Cewek itu lalu mengucek2 matanya dan akhirnya pandangannya pulih. Diapun memegangi kepala nya yang benar2 terasa sakit. Lalu melihat ke Steven yang memasang muka cemas.

“Lo gak papa?” Steven menekan alisnya sambil memandangi cewek yang ditabraknya.

Cewek itu kaget melihat wajah Steven, dia rasa dia mengenalinya.

“Kak Steven?  Lo..?”

“Lo.. lo siapa?” Kata Steven yang benar2 heran.

“Ini gua kak, ini gua.. Servita saudara angkat elo..”
Steven membeku, sementara Servita menangis disitu. Dia memeluk Steven yang tidak tahu apa-apa.

Di tengah keramaian.

No comments:

Post a Comment