Thursday, October 25, 2012

Tokoh-tokoh "He is my Flashback"

*Sabila




 *Irfan





~Kid Diary -Bali-

  Rumah bertingkat, rumput-rumput terpotong rapih juga jalan berbatu yang beraturan disusun sedemikian rupa. Pagar setinggi pohon kelapa membatasi rumah itu dengan jalan besar beraspal di depannya. Di depan rumah itu sebuah mobil hitam mewah panjang parkir beberapa orang turun dari sana, suara mesinnya masih berbunyi ternyata sebagian orang enggan turun. Namun satu insan beranjak turun dari mobil itu wajahnya tersenyum cerah saat menyentuh udara luar di perumahan mewah disana, ia tidak merindukan kemewahannya melainkan sosok adiknya yang ada di dalam rumah bertingkat itu.

   Ia dibukakan pagar oleh pria lusuh berseragam, tidak disambut senyum sama sekali. Ketika ia masuk kedua bola matanya berkeliaran mencari adiknya, Fini. Perhatiannya dialihkan oleh kopor hitam besar tepat di depan pintu utama rumah itu, terletak di bawah atap rendah yang disangga kedua tiang kecil.

"Fini!" Ia lari kearah dimana Fini berada, tepat disebelah kopor besar itu mematung terdiam dengan kacamatanya. Fini tidak menyambut kedatangannya secara 'Frontal' mulutnya terkesan tak sanggup berbicara, putih membeku.

Sang kakak mendekatinya, mulai menggeret koper Fini dan menggandeng tangan Fini yang dingin.
    "Fini..?"
    "i..iya kak?" Fini yang tadinya menunduk menengadahkan kepalanya ke arah suara
    "Fini baik-baik saja disana?"
    "...Iya kak"
 Kakaknya tersenyum pada Fini, dan menepuk pundak Fini
     "Senyum dong..!" Kakak Fini menepuk pundak Fini lagi sambil tersenyum selebar-lebarnya

Fini tersenyum dan menatap ke depan, dia kangen banget sama papa, mama, kakak. Tapi dia malu mau bilang kangen lagipula mereka juga akan sibuk dengan ponselnya masing-masing. Senyum Fini memudar saat melihat mobil hitamnya terparkir di depan.

"Itu mama papa,Fin!" Kakak masih tersenyum, namun alisnya terangkat saat melihat senyum Fini memudar.
"iya..." Fini menjawabnya dengan lesu, dia menundukan kepalanya dan membenarkan kacamata.


       Mobil hitam yang terparkir di depan itu mengklakson dengan keras. Kakak memperingatkan Fini dan dia mengencangkan larinya, kopor hitamnnya tergeret dengan keras. Fini menyusul dengan gerak lambat kacamatanya sempat jatuh. Namun, tetap saja dia sampai ke mobil dengan selamat.
Mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil. Papa memegang setir dan kakiknya sudah menempel di tancapan gas sedangkan mama memerhatikan kaca make up nya, blass on nya memudar. Sama sekali tidak menyambut kehadiran makhluk baru yang harusnya disebut mereka 'anak'.
       Saat pintu tertutup, baru kaki papa benar-benar menekannya dan mobilpun melaju.

Di mobil suara dering ponsel menghiasi telinga Fini, entah punya mama atau papa. Fini hanya memandangi tangannya lagi-lagi dia menunduk. Sang kakak protes dalam hati, mama papa tidak memenuhi janjinya. Mereka kan sudah berjanji akan selalu memberi perhatian pada Fini.

        Fini dititipkan di rumah teman ibunya, itu karena mama papa mengantar kakak kuliah ke Inggris. Fini tidak diajak karena dia selalu ceroboh dan menyusahkan, kerjanya hanya diam dan bergerak hanya karena disuruh, kepalanya selalu tertunduk jika ada teman ibunya dan jika disapa suara Fini sangat kecil hingga tidak terdengar. Fini dianggap anti sosial oleh mamanya dan dianggap mengalami gangguan mental, papanya bersikeras agar Fini tidak dimasukan ke suatu rumah sakit mental anak, papa selalu meyakinkan kalau Fini tidak apa-apa.  Namun, mama selalu mengancam jikalau Fini tidak masuk rumah sakit, mama tidak mau mengurusinya di rumah. Mama selalu malu mempunyai Fini', dia tidak berharap anaknya jadi seperti ini. Fini memang cantik menuruni mamanya begitupula sang kakak Rival yang baik hati dan juga banyak digemari teman-temannya.
  Kadang-kadang masalah keluarga ini tidak dimengerti jalan keluarnya oleh kak Rival, Papa mama acuh banget hanya memerhatikan kerja, kantor, kerja, kantor. Fini hanya ditemani beberapa pengasuh dari semasa dia kecil, mama papa nggak ada waktu sama sekali. Lagian Fininya juga tidak memaksa dan meminta perhatian, dia hanya diam.

Kembali ke Mobil...
"ma, pa.. ayolah" kak Rival mendekatkan mulutnya ke dek depan.
"mama lagi telpon, Val. jangan ganggu orang telpon" Papa menegur perbuatan kak Rival

Kak Rival mencubit lengan papa..
"AUUU! Rival!" papa membentak rival, namun mash sebatas kesal yang masih ke arah jokes. dia langsung mengerti.
"Fini..." katanya
"ah,iya pa"
"gimana seneng gak disana?"
"ah iya"
"banget?"
"ya.."

Nggak kerasa sudah sampai di rumah keluarga Fini, terletak di perkampungan sengaja agar kerja mereka lebih nyaman. Rumahnya semacam villa/cottage Bali, di depannya rumput hijau luas yang merata... bagian awal rumahnya diawali dua tiang penyangga yang pendek terbuat dari bebatuan dibawahnya adalah jalan batu kecil yang dilalui untuk bisa sampai ke pintu masuk utama. Pintu utamanya berukir ukiran bali yang fenomenal.
Pohon-pohon sedang menghiasi rumput hijau disekeliling cottage, membuatnya selalu rimbun walau semburat matahari sangat tegas.

"Ini Fin, rumah baru kita.. baru aja direnovasi saat kita pesen cottage ini.. tadinya kumuh banget kayak perkampungan orang jawa, tapi sekarang udah kayak  surgaaa :D" Kak Rival berusaha menghibur Fini yang turun dari mobil. daritadi ternyata kak Rival udah duluan nyosor ke depan cottage. mama papa masih dalam mobil pengen langsung ke kantor. Tapi Rival memaksa agar mama papa lihat-lihat dulu rumah barunya.

"oke, oke" kata papa
Fini tersenyum dia mengeret kopornya ke arah cottage, tapi kak Rival bilang biar petugas saja yang membawanya, beratnya tidak cocok buat Fini. Namun, fini tetap senang dia mendekat ke tiang yang menyangga itu, ternyata benar benar terbuat dr batu yang halus :) Fini selalu tersenyum saat itu, kak rival memang yang terbaik.

"Fini senang?" papa mendekati Fini dan memgang bahunya.
"iya..." tersenyum
"bagus, main ya disini sama kak Rival, papa mau ke kantor. oke?"
"oke pa"

Papa berlari menuju tempat stirnya, mama masih menelpon *huh dasarrr -_-*. Ketika papa menutup pintunya, mobil melaju.