Friday, October 26, 2012

He is my Flashback part2

Sabila bangun dari tidurnya yang lama.. dia melirik kearah jam yang berdetak.

TIK TOK TIK TOK..
Jam setengah empat pagi, dan tidak ada yang menunguinya di rumah sakit. Sekotak donat bermerek terkenal tergeletak di meja telfon, juga aneka bingkisan titipan. Sabila merasa dingin, selimut bergaris itu tak mampu melindunginya dari serangan angin dingin. Juga kasur yang tidak ramah pada tulang punggungnya. Namun, sekarang dia merasa jauh lebih baik, tubuhnya sudah tidak pegal lagi dan tangannya sudah mudah digerakkan kembali. Tetapi yang dia takutkan adalah kedua bola matanya yang masih saja buram jika melihat.

Di meja sebelah kasurnya tergeletak sebuah kacamata, Sabila mengambilnya dan langsung beranjak dari tempat tidur, setelah memakainya terasa lebih terang dan jelas kacamata ini harus berjumpa lagi dengannya.    Lalu dia mencari ponselnya, tanggal berapa sekarang? Hari apa? dan sudah berapa lama dia tertidur di sini.
Sabila menghidupkan lampu. 
Dia sudah mendapatkan ponselnya.

Tidak mungkin… sudah 3 minggu lebih aku koma, kecelakaan? Bagaimana bisa?

Sabila mulai mengingat kecelakaan itu, supirnya yang tewas dan tertimpa reruntuhan. Mobilnya yang hancur akibat tabrakan sebuah truk, dan.. perpisahan kls 9 nya. sekarang aku udah SMA?
Anehnya Sabila sama sekali tidak ingat Irfan, embuh siapa dia? Sekarang kan masalah lebih serius. Apalagi saat terakhir Sabila melihat Irfan itu saat matanya menyinis sangat dalam bukan senyuman yang indah. Sekarang dia hanya memikirkan kesehatan, keluarga dan pendidikan. *Tolong bagi siapa saja jangan ingatkan dia pada Irfan, okay?*

                Sabila memeriksa pesannya, terakhir ada dari Yuni,
Sab? Jangan lupain gue, dan lupain aja dia. Lo lagi gak papa kan,sa? Moga lo dapet SMA favorit, bye moga lo baek2 aja disana :’  I miss u my friend always..
                                                                                                                                                   
Senin,7 Mei 2012 18:37

Pesan yang udh bener-bener kadaluarsa, kalo dijawab sekarang juga gak bakal berguna. Tapi Sabila tetap membalasnya. Yuni, smoga lo baca sms nya J

#
Sabila tertidur (lagi-lagi) di sofa,  jam delapan pagi. Dia membenarkan kacamatanya yang jatuh dan kembali mengucir rambutnya yang berantakan. Lalu membuka tirai sehingga cahaya masuk, dia juga membuka jendelanya untuk menghirup udara pagi. Televisi di rumah sakit itu berguna juga, Sabila menghidupkannya dan menonton kartun pagi *wah anak kecil bgt* dari pada bĂȘte, katanya.

Sabila mengecek Ponselnya.

Layar ponselnya tetap polos, tak ada pertanda pesan masuk ataupun Misscall. Sabila membanting ponselnya di sofa lalu kembali menguasai remot.


Suara bel pintu, KRINGGGGG
       Sabila beranjak menuju pintu, memutar tuasnya.
“Sabilaa !!!!” Saras, saudara kembar  Sabila langsung memeluknya.
“Saras..” Sabila tersenyum dia senang Saras bisa datang lagi, kemarin dia datang tetapi Sabila masih dalam keadaan stengah tidak sadar sih.
“Sab.. mama bawa pudding lhoo..” Mama mencubit pipi sabila dan memberikan bungkusan bertuliskan Jelly.
“Wow.. haha, mkasih smuanya, Papa?” Sabila kaget, ternyata papa juga bisa mengobankan waktu kerjanya demi Sabila.
“Sabila udh sembuh ya, gimana serasa Putri tidur?” Papa mengusap kepala Sabila, Sabila tertawa-tawa. Ayahnya sangat humoris.
                
 Mereka berkumpul di dekat sofa dan membicarakan hal-hal penting seputar Sabila.
“Ma, pa.. jadi gimana SMA Sabilaa?”
“Gampang itu, Sabila kan pinter. Masuk lah di SMA favorit”
“Yang negri?”
“Iya..”
“Tapi Sabila gak suka negeri, bagusan swasta”
“Dimana-mana favorit itu negeri,sab-_-“
“Tapi Sabila mau swasta ajahh.. wee”
“Yaudah abis ini yaa.. kamu kan udah sehat”

Sabila tersenyum senang karena dia sudah bisa daftar SMA. Eh tiba-tiba ponsel mama berdering, mama menerimanya dengan serius dan langsung memegang tangan Sabila dengan cemas namun sedikit senyumnya masih terlihat.
“Sab, abis ini kamu harus operasi…”
“Kenapa?”

Sabila memegangi wajahnya, dia baru tersadar. Wajahnya remuk karena tertimpa reruntuhan.
“Gak bakal ilang,sab.. harus, o..operasi”
“Jadi muka Sabila berubah gitu? Gak kembar sama Saras lagi?”
“Tapi kamu nggak akan kehilangan mata indah kamu,sab.. tetep aja..”
Lalu Sabila tertidur kembali, ternyata mereka membiusnya. Setelah bangun wajah Sabila akan berubah selamanya dan mungkin Yuni tak akan mengenalinya, namun kata mama Sabila memiliki mata yang indah? Apa itu? Apa aku dikenal dari dua buah mata? Sudahlah, terima kenyataan sab u,u


#
Mata Sabila kembali terbuka, entah kenapa dia sebal. Dia mudah sekali dijatuhkan dengan bius. Tidur dan saat membuka mata dia ada di tempat lain, sekarang.

Kamarnya.

Seperti biasa dia sudah terbaring rapi dibawah selimut hangatnya yang tidak bergaris, dan juga kasur empuknya yang tidak seperti di rumah sakit. Kamar Sabila luas, dan dia mempunyai lemari yang sangat besar untk mengisi semua stuff yang dia punya termasuk didalamnya sepatu, baju, dress formal, aksesori, dan cermin yang sangat besar.

Dia menuju kesana untuk melihat perubahan wajahnya, tentunya sebelum itu dia mengambil kacamatanya yang lagi-lagi tergeletak di meja sebelah tempat tidurnya.

Sekarang dia berdiri di depan cermin.

Semuanya berubah kecuali matanya, mukanya yang tadi bulat sekarang terlihat lebih oval dan juga kulitnya yang sedikit coklat berubah menjadi putih bersih, pasti gara-gara tadinya pigmen kulit ternodai reruntuhan dan juga banyak perubahan lainnya yang tidak bisa dijelaskan. Entah apa perasaannya terhadap hal baru ini. 

Menjadi cantik tapi.. bukan dirinya sendiri

Oh iya, siang ini Sabila mau melakukan pendaftaran SMA, tetapi bukan negri sesuai yang dijanjikan. Sabila sih maunya yang swasta-swasta ajah.. contohnya SMA Tunas ­Bangsa, SMA Pelita kelas atas dengan spp yang WOW banget. 

And kayaknya mulai SMA ini tata bahasa 'aku-kamu' yang dipake Sabila bakal berubah ke 'gua/gue-elo'. Soalnya faktor lingkungan -_- #Galau


#
Sabila sudah siap, dia sudah diluar rumah menunggu mama yang akan menyetir. Papa sudah ke kantor lagi. Saras? Di rumah dia harus istirahat, karena dia baru pulang dari New York. Dia harus menikmati liburannya dengan baik.
Mama sudah berada diluar dia melempar kunci mobil ke Sabila, Sabila menghidupkannya dan masuk, dia menancapkan kunci ke lubang kunci. Selang beberapa detik mama masuk langsung tancap gas.
“Jadi dimana?” Mama menoleh ke Sabila
“SMA bangsa apa pelita yaa?” Sabila bingung dia menghadap ke depan dengan tatapan kosong.
“SMA Bangsa aja ya, lebih deket dari rumah,oke?”
“Yaudah deh lebih aman juga kan?” Sabila setuju dan mama pun berbelok ke kiri.

Tinggal beberapa meter lagi, wakil sekolah Sabila akan terlihat. Dalam detik-detik terakhir Sabila mengingat lagi masa Lalunya, dia tidak bisa menyusun semuanya dengan runtun. Ingatannya sedikit kabur seperti pengelihatannya sekarang. Tahun ini dia sangat benar2 membutuhkan kacamatanya, dan takkan dilepas jika ada suatu pesta atau sebangsanya.
 
Dia mulai mengingat sesuatu ketika dia memikirkan kacamata,
               
Oh iya! Aku melepasnya saat perpisahan, dress yang melambai, seseorang yang menatapku sinis, juga mobil hitam yang tertabrak gedung. Aku terhempas…
Terhempas.. dan aku lenyap di bawah reruntuhan, supir itu mati. Ya, aku mengalami kecelakaan..
Irfan…. Siapa dia?
.
.
.
.
.
.
.
“Sab… Sab!” Mama mengalihkan wajahnya kea rah Sabila secara penuh, juga menjentikkan jarinya
   Sabila tersadar, dia langsung menghentikan masa lalunya dan menghadap ke mama
“Iya ma?”
“udah sampe, sab.. ngelamun terus”
“hehe” Sabila langsung membuka pintu dia memandang ke luar. Tempat yang luar biasa.

   SMA Tunas Bangsa, itulah tulisan yang tertera di plangnya. Sekarang Sabila masih berada di tempat parkir mobil yang luas. Banyak sekali mobil disana tak ada motor, semua siswa disini memakai mobil untuk transportasi. Sekolah ini sangat luas, ini baru saja tempat parkirnya. Sabila belum masuk ke daerah gedung-gedung kelasnya. Tapi melelahkan juga, dia harus berjalan kaki untuk ke kelas nya yang jauh dari tempat parkir.

Sabila mulai berjalan kearah gedung kelas, dia memakai tas selempang dan tentu saja kacamatanya. Rambutnya yang panjang kini lebih sedikit memendek, dan dikucir ikal. Tak ada yang mengenalinya sebagai Sabila SMP.. hanya orang-orang tertentu yang dapat tau itu Sabila dari matanya. *Sabar ya sab :’* mama menyusulnya dr belakang, menggandeng tangan Sabila sambil tersenyum mereka berdua beriringan menuju kelas.


#
Di Gedung kelas,
Banyak Siswa baru yang mendaftar, ada yang sedang berkumpul bersama teman barunya, ada yang bersama orang tua mereka. Koperasi sekolahnya juga tak tanggung-tanggung dipenuhi pembeli, anak SMA demen jajan juga ternyata.. *hehehe* Sabila tertawa memerhatikannya.

Mama menuju ke tempat pendaftaran, sabila mengikutinya dari belakang sambil sibuk membenarkan tas selempangnya. Sementara mama sudah ada di depan si penerima pendaftaran, sabila menunggu di bangku panjang tempat siswa lain duduk juga. Dia melihat ke sekitar.

Irfan.. siapa dia?

Sabila masih mengingatnya, dia berusaha berfikir dan mengingatnya lagi, dia juga melihat ke sekitar siapatau bertemu sesuatu yang membuatnya ingat. Dia membenarkan kacamatanya lagi dan memeriksa ponselnya.

"Numpang ya…”
 
eh.. siapa?

Ternyata orang yang duduk disebelahnya, bangku itu memang hanya cukup dua orang. Bangku lain sudah diiisi, terpaksa dia duduk disini. Sabila memerhatikan wajahnya, dan sepertinya dia pernah melihat wajah itu.

Seperti.. orang yang pernah dia lihat sebelumnya, sabila kelewatan memerhatikannya.
“emm.. maaf kenapa ya?” kata orang didepan wajahnya
“ah, tidak” sabila menunduk malu dia membenarkan kacamatanya, eh tiba-tiba dari bawah dia melihat tangan menyambar.

“Gue Irfan.. lo mau daftar sini juga?”

FREEZE! Dia Irfan…? Aku baru ingat, Irfan   dia adalah..

Sabila memerhatikan lagi wajahnya, wajahnya terangkat dia tidak menunduk lagi. Lalu melihat wajahnya dalam-dalam..
Dia adalah.. orang yang,
Pernah kusukai

Sabila menelan ludahnya, dia memalingkan wajahnya sesekali, hampir tidak menjawab pertanyaan Irfan.   
Membuat Irfan bertanya lagi dengan makin penasaran.
“Siapa nama lo?”
“ah.. gue Sabila.. lo?”
“kan gue Irfan.. tadi kan udah dikasi tau, dari SMP mana?”  *hadeh sabila koplak-_-*

Mampuss.. mau jawab apa? nanti pasti jawab kelas 9e, itu dia pasti nanya.. kok gak pernah liat? Nah lo abis itu mau jawab apalagi. Oh iya! Dia gak nyadar kalo gue ini anak yang dia penasarin, Irfan aja gak tau nama gue waktu SMP. Yuni manggil gue Cuma ‘sab sab’ aja. Irfan juga gak tau kalo gue si rambut panjang pake kacamata itu suka sama dia. Jadi disini dia gak ada feel. Yuni.. lo dimana sekarangg?

“gue.. gue dari SMP Darma” Sabila menjawab dengan setenang mungkin,
“oh..”

Haa?? Irfan lo Cuma jawab ‘oh?’ sedangkan gue udah panic kayak apa.. ada apa dengan lo Irfan? Kenapa lo gak histeris? Apa lo benci sama masa lalu elo? Apa lo gak mau nginget si kacamata rambut panjang itu?! Udah lah, gue gk pengen nanya ‘kalo lo?’

“Smoga kita sekelas..” Katanya
“eh..?” Sabila kaget, dia hamper meloncat namun membeku.

Mama datang, menghampiri mereka..
“Tes nya besok sab,yuk” mama langsung nyerocos, eh dia ngelihat cowok disebelah Sabila dan langsung bertanya
“Siapa ini sab? Temen baru?”
“Saya Irfan, tante” Irfan menjabat tangan mama
“iya, mah” Sabila langsung beranjak, lalu memalingkan muka malu.. juga membenarkan kacamatanya.
“oh.. pulang dulu ya fan, “ Mama tersenyum pada Irfan
mereka langsung berbalik,

“Sampe ketemu di Tes…” Irfan tersenyum
Namun, sabila tak mendengarnya.

He is my Flashback Part 1

Sabila melihatnya 'oh my god itu dia'...
Cowok cool di sekolahnya. Cowok itu akan menyukainya balik?. Menurutnya itu tidak mungkin terjadi, cowok seperti itu tidak akan memerhatikan cewek seperti Sabila yang berambut panjang hitam lurus dengan kacamata. Lagipula kelas mereka bersebelahan dan selalu saja bertemu muka, saat mau ke kantin ataupun mau pulang.

Sabila punya seorang teman yang dekat dengannya dan dia ada di kelas sebelah yaitu,Yuni. Mereka selalu pulang sekolah bersama.. dan Yuni mengetahui kalau temannya ini menaruh hati pada Irfan.

   "Cie Sabila udah mulai ya.. ntar dia belum keluar, dia lagi piket,sab"  Yuni menggoda Sabila yang ingin melihat wajah Irfan keluar kelas, pipi Sabila pun memerah. Eh, tiba-tiba Irfan keluar dari kelas.

   "Yun, gua udah ya piketnya" Irfan izin pulang sama Yuni, Yuni kan seksi kebersihan dia harus berhasil membuat Irfan piket. Irfan mulai meninggalkan kelas dia berbalik ke arah tangga untuk turun, namun kepalanya menoleh kebelakang melihat ke Sabila heran. Sabila pun menunduk malu. Namun,Irfan berbalik lagi dan melanjutkan menuruni tangga.

"Yuni, kenapa dia ngadep ke aku?" Sabila kegeeran itulah dia, hehe
"Dia heran aja kali, tiap pulang sekolah selalu ada kamu disamping aku" Yuni menjawab dgn senyum lebar
"Smoga aja dia nyadar, aku pengen ngomong sama dia walau sekaliii aja.." Sabila menghayal kepalanya terdongak ke atas
"Dia aja gak tau nama kamu,sab sab.. hehe piss" Yuni kembali menggoda
"suatu saat nanti dia pasti tau kok :p" Sabila melewek ke Yuni

Lalu mereka pulang menuruni tangga sambil bercakap-cakap tentang Irfan.

#
Keesokan harinya senam, Sabila selalu mengambil barisan yang sama dengan Irfan. Dia juga selalu memerhatikan Irfan senam, namun dia tidak puas, Irfan selalu saja tidak menekuni senam dengan baik. Dia selalu saja diam saat di beberapa gerakan tertentu katanya sih supaya tetap kelihatan cool. *haha* Memang selama ini Sabila terlau menonjol bagi Irfan, irfan selalu heran dengannya. Namun, saat Irfan mau melihatnya dia selalu menunduk.

Kali ini saat senam Irfan berniat memerhatikan anak itu, Irfan selalu heran dengannya.

#
Keesokan harinya,

"Anak-anak.. besok perpisahan kelas 9 kalian, kalian harus siap. Silakan memakai pakaian formal, laki2 memakai jas dan yang perempuan harap memakai dress panjang oke?" Bu Muji menjelaskan di depan kelas, sebenarnya ocehannya panjang sekali, Sabila menanggapinya dengan serius karena itu sangat penting. Ini juga berhubungan dengan Irfan, bagaimana kalau Sabila tidak bertemu dengannya lagi? oh, hancur sudahh.. apalagi Sabila malu mau mengucapkan salam perpisahan pada Irfan.. 'Tidak mungkin' katanya. Irfan juga belum tau namanya, juga identitasnya, huh.

Sabila geregetan mau curhat sama Yuni ttg ini, dia nggak sabar nungguin istirahat.

#
Tettttt... bel istirahat akhirnya nongol juga.
   Sabila keluar kelas, dia menuju IX D untuk memanggil Yuni, teman curhat sejatinya itu.

"Permisi, ada Yuni nya nggak?" Sabila berkata dengan semanis mungkin, sesekali membenarkan kacamatanya. Diam-diam dia celingak-celinguk nyari sosok Irfan, eh ternyata.

"Tuh, Yuni nya... Woyy Yuniii.. ada temen elo!" Suara Irfan ternyata yang membalasnya namun jauhh sekali dari pintu tempat Sabila berdiri. Sabila kaget, tangannya mendingin. Namun, segera terobati karena Yuni mulai mendekat.

"Apa,sa?" Yuni mendekat ke arah Sabila dengan senyum nakal, Yuni menyadarinya dan tertawa keras saat sudah di luar keras.. mereka sekarang di balkon berpegangan di tiang menghadap ke bawah. Sabila memukuli Yuni dengan wajah memerah, "Yuni! Yuni ini lohh!!! huh"

   "Apasih tapi lo seneng kan?? ha ha ha ha.." Yuni menyahut kayak nggak ada dosa nya -_-
   "Biarin ah,"
   "kenapa manggil aku,sa?" tawa Yuni mulai berhenti namun masih ada sisanya sedikit *eh.
   "Besok udah perpisahan yun :' hiks" Sabila ica-ica nangis, tapi memang sbenarnya dia pengen nangis sih.
   "cup cup.. ya kenapa?? lo gak mau SMA??!"
   "mau lah yun, tapi si Irfan belum tau apa-apa tentang gue,hiks" Sabila menunduk dan membenarkan kacamatanya.

"Kalo gitu kasih tau aja ke dia sekarang!"
"Tapi itu aneh yun, masa tiba-tiba gue ke depan dia abis itu bilang 'hey, gua sabila dari kelas sebelah' GITUU?? ANEH YUUN!"
"iyasih -_- pasti dia kaget yaak.. HA! kalo gitu gimana kalo gue aja yang ngomong!"
"terserah sih.."

Akhirnya, mereka sepakat dan kedua teman itu mengucapkan satu sama lain dan hampir menangis lalu tertawa lagi, Irfan melihat mereka dari jauh, namun tak bisa mendegar semuanya. Dia semakin penasaran, dan rasa penasaran itu akan dijawabnya besok saat perpisahan tiba.

#
Hari perpisahan SMP Darma berlangsung dengan lancar, pertama disajikannnya lah sambutan-sambutan dari para guru, ketua OSIS dan yang lainnya. Pada saat acara hiburan, para peserta perpisahan diperblehkan beranjak dari kursi menemui teman-temannya dan foto-foto.  Tentu saja Sabila menemui Yuni yang ada di dekat komplotan anak IX D, Sabila terlihat elegan sekali kan dia orang kaya, keren deh dress nya pkoknya. Dia melepas kacamatanya dan rambutnya di ikalin sedikit supaya terlihat gak terlalu straight formal. Lagian di acara perpisahan gak baca buku apa apa kan, yaudah tuh kacamata gausah diapake. Yah, berhasil deh si Sabila nyuri perhatian Irfan apalagi sabila rese bener narik-narik Yuni untuk ke tempat lain.

"Yunii.. ayook"
"Kemana, sa?"
"terserah"
"Gausah salting sih sa.."
"Huss"
"iya iya.."

Akhirnya Yuni mengikuti sabila juga, Irfan hanya heran memandangi Sabila yang ke gupekan. Irfan beranjak juga mengintili mereka. Dia melihat dari jauh sambil ica ica minum soda.

"Udah udah cantik lo itu sa.."
"bukan itu, kamu udah kasih tau identitas aku ke dia?"
"belom"
"yah-_- koplak"

Sabila dan Yuni merasa diawasi, mereka perasaan hanya berdua jauh dari keramaian suara mikropon MC yng nyebelin. Itu Irfan namun mereka tak menyadarinya.

"Lo liat sesuatu gak sa? atau denger gitu?"
"enggak yun, lanjut deh..."
"eh, entar gue kelupaan sesuatu. lo tunggu sini ya"

Yuni meninggalkan sabila sebentar di sana.. sementara itu Sabila mengisi kekosongan dengan mengupload stts, lewat Blackberry nya. Eh,Tiba-tiba.. Bunyi sepatu seseorang terdengar dari belakang Sabila, saat sabila berbalik badan ternyata .. IRFANNN!
Sabila kaget, dia membeku dan diam, pupil matanya mengecil dan tangannya kembali mendingin. Irfan menatapnya sinis penuh penasaran.

Irfan masih menatapnya, penasaran dan berusaha meneliti wajahnya. Karena dia masih nggak ciren Sabila ggak pake kacamata. Sabila sendiri yang masih berbalik badan heran, apa yang mau dilakukan irfan. Namun, pikiran sabila terhenti, dan dia membeku tak tau mau berbuat apa.

Mikropon MC yang rese berbunyi dengan suara bu Muji, tampaknya Sabila tak mendegarnya.
"Bagi yang merupakan siswa IX E harap ke atas panggung sekarang untuk berfoto. terimakasih"

Kalimat itu terus diulang dengan suara MC yang lain, karena siswa belum lengkap diatas panggung termasuk Sabila yang masih membeku di hadapan Irfan. Namun, dalam detik itu juga tangan Sabila ditarik temannya.
 Dengan berlari Sabila ditariknya, temannya itu juga bilang kalau mereka harus bergegas, karena Bu Muji sudah tidak sabar menunggu.
     "Lekas dikit sih,Sab!" kata temannya sambil menarik Sabila.

#
Di tempat lain Irfan merasa aneh, anak itu selalu saja hilang tiba-tiba, padahal kan dia ingin bicara. Dia sangat penasaran sekali terhadap anak itu, bahkan Irfan saja tak tahu namanya.
   Tiba-tiba Yuni datang..
"Lho.. Irfan!" Yuni terbelalak melihat Irfan disini
Irfan terdiam, dia masih bingung.

"Mana dia?" Yuni mencari-cari Sabila dengan matanya, dan hasilnya nihil
"Dia pergi" Irfan menjawabnya dengan cuek lalu langsung meninggalkan Yuni disana. Dalam sekejap dia sudah berada di tengah2 teman-temannya disana.

"Sabila..." Yuni mengkhawatirkan Sabila.

#
Acara sudah selesai, mereka berpamitan. Ada yang menangis, tertawa.. dan lainnya, membawa kenangan tersendiri, Sabila memandang kosong yang ada di belakangnya. Dia pulang lebih awal.

 Teman-temannya, orang yang disukainya, sekolah tersayangnya... semuanya, adalah.. kenangan.
'selamat tinggal... Irfan' Sabila kembali menoleh kedepan mobil jemputannya yang sudah menunggu di gerbang, dia berlari, meninggalkan suara haknya yang nyaring juga dressnya yang melambai-lambai.

Dia sudah di dalam mobil, sudah setengah perjalanan ditempuh untuk sampai dirumahnya.

#
Yuni sudah puas berfoto dengan Sabila, dia sudah lenyap sekarang. Tangisannya sudah cukup menjadi kenangan bagi pertemanan mereka. Yuni menyesal karena dia tidak bisa membantu Sabila,
   Irfan.. Dia tidak tahu apa apa.
"Maaf gua gak bisa bantu elo,sab :' " Yuni memandang  gerbang yang masih bergerak, tempat terkhir yang dilewati Sabila saat itu.

#
Di Jalan Besar itu, Sabila melamun.
Irfan.. kenapa dia kepikiran itu terus?? sekarang sudah tidak berguna lagi. Pikirannya kosong, dia terhempas bagai daun yang ditiup angin, dan pasir yang dikalahkan gelombang. Dia terhempas...
Terhempas...

"Sab!"
"Sab!"

Sabila tak menyadarinya, secara tidak sadar dia membuka pintu mobil. Kenapa tiba-tiba dia ingin turun dari sana. Supirnya mengerem,

DRIIIIZZZTTT... bunyi,remnya sangat nyaring,cukup untuk menyelamatkan Sabila, cukup untuk membuat mobil itu berhenti. Namun,

Truk besar di belakangnya tak mampu menahan lajunya yang kencang, Mobil Sabila terdorong dengan secepat kilat kedepan,  Truk itu yang melakukannya dengn tidak sengaja menabrak sebuah bangunan. Sabila kali ini benar benar terhampar secara realitas.. supirnya tewas.
dia masih di alam bawah sadarnya, sabila terdampar di bawah reruntuhan, mobilnya sudah tidak beraturan.

Kelopak mata sabila tertutup

#
 Kabel infus, kasur yang keras, selimut bergaris, Bau obat...
  Sabila terbatuk.

"Sab? kamu nggak papa?"
".." sabila terdiam dia masih kesakitan, badannya serasa remuk, dan mulutnya tak kuasa bicara

"Dia bangun!"

Sabila merasa pusing, pengelihatan matanya sangat kabur semua warna tercampur jadi satu. Semua orang mengeilingi Sabila, dia pusing. Sabila mengedipkan matanya berkali-kali agar bisa terlihat jelas. Namun, tak kunjung juga. Akhirnya dia menangis dan memeluk siapapun yang ada didepannya.
   "ah....ma, ma.." Sabila berusaha menebak siapa didepannya.
   "iya, nak.. ini mama, ini mama.." Mama mengusap air matanya dengan tangan sebelahnya.
"sab.." kata mamanya lagi

"Sabila kamu udah bangun?!" sosok disebelah mama, menerjangnya dengan lembut mengusap kepalanya dan memegang erat tangan Sabila.
"Saras...." Sabila berbicara jelas sekarang namun nafasnya sesekali tidak kuat, Saras adalah kembarannya.

Tiba-tiba dokter datang dan Sabila langsung tertidur.

#
* bakal lanjut! ceritanya panjang! tenang aja! kalo Kid Diari -Bali- kemungkinan nanti, aku utamakan cerita yng ini dulu yahh* TUNGGU POS SELANJUTNYA

Thursday, October 25, 2012

Tokoh-tokoh "He is my Flashback"

*Sabila




 *Irfan





~Kid Diary -Bali-

  Rumah bertingkat, rumput-rumput terpotong rapih juga jalan berbatu yang beraturan disusun sedemikian rupa. Pagar setinggi pohon kelapa membatasi rumah itu dengan jalan besar beraspal di depannya. Di depan rumah itu sebuah mobil hitam mewah panjang parkir beberapa orang turun dari sana, suara mesinnya masih berbunyi ternyata sebagian orang enggan turun. Namun satu insan beranjak turun dari mobil itu wajahnya tersenyum cerah saat menyentuh udara luar di perumahan mewah disana, ia tidak merindukan kemewahannya melainkan sosok adiknya yang ada di dalam rumah bertingkat itu.

   Ia dibukakan pagar oleh pria lusuh berseragam, tidak disambut senyum sama sekali. Ketika ia masuk kedua bola matanya berkeliaran mencari adiknya, Fini. Perhatiannya dialihkan oleh kopor hitam besar tepat di depan pintu utama rumah itu, terletak di bawah atap rendah yang disangga kedua tiang kecil.

"Fini!" Ia lari kearah dimana Fini berada, tepat disebelah kopor besar itu mematung terdiam dengan kacamatanya. Fini tidak menyambut kedatangannya secara 'Frontal' mulutnya terkesan tak sanggup berbicara, putih membeku.

Sang kakak mendekatinya, mulai menggeret koper Fini dan menggandeng tangan Fini yang dingin.
    "Fini..?"
    "i..iya kak?" Fini yang tadinya menunduk menengadahkan kepalanya ke arah suara
    "Fini baik-baik saja disana?"
    "...Iya kak"
 Kakaknya tersenyum pada Fini, dan menepuk pundak Fini
     "Senyum dong..!" Kakak Fini menepuk pundak Fini lagi sambil tersenyum selebar-lebarnya

Fini tersenyum dan menatap ke depan, dia kangen banget sama papa, mama, kakak. Tapi dia malu mau bilang kangen lagipula mereka juga akan sibuk dengan ponselnya masing-masing. Senyum Fini memudar saat melihat mobil hitamnya terparkir di depan.

"Itu mama papa,Fin!" Kakak masih tersenyum, namun alisnya terangkat saat melihat senyum Fini memudar.
"iya..." Fini menjawabnya dengan lesu, dia menundukan kepalanya dan membenarkan kacamata.


       Mobil hitam yang terparkir di depan itu mengklakson dengan keras. Kakak memperingatkan Fini dan dia mengencangkan larinya, kopor hitamnnya tergeret dengan keras. Fini menyusul dengan gerak lambat kacamatanya sempat jatuh. Namun, tetap saja dia sampai ke mobil dengan selamat.
Mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil. Papa memegang setir dan kakiknya sudah menempel di tancapan gas sedangkan mama memerhatikan kaca make up nya, blass on nya memudar. Sama sekali tidak menyambut kehadiran makhluk baru yang harusnya disebut mereka 'anak'.
       Saat pintu tertutup, baru kaki papa benar-benar menekannya dan mobilpun melaju.

Di mobil suara dering ponsel menghiasi telinga Fini, entah punya mama atau papa. Fini hanya memandangi tangannya lagi-lagi dia menunduk. Sang kakak protes dalam hati, mama papa tidak memenuhi janjinya. Mereka kan sudah berjanji akan selalu memberi perhatian pada Fini.

        Fini dititipkan di rumah teman ibunya, itu karena mama papa mengantar kakak kuliah ke Inggris. Fini tidak diajak karena dia selalu ceroboh dan menyusahkan, kerjanya hanya diam dan bergerak hanya karena disuruh, kepalanya selalu tertunduk jika ada teman ibunya dan jika disapa suara Fini sangat kecil hingga tidak terdengar. Fini dianggap anti sosial oleh mamanya dan dianggap mengalami gangguan mental, papanya bersikeras agar Fini tidak dimasukan ke suatu rumah sakit mental anak, papa selalu meyakinkan kalau Fini tidak apa-apa.  Namun, mama selalu mengancam jikalau Fini tidak masuk rumah sakit, mama tidak mau mengurusinya di rumah. Mama selalu malu mempunyai Fini', dia tidak berharap anaknya jadi seperti ini. Fini memang cantik menuruni mamanya begitupula sang kakak Rival yang baik hati dan juga banyak digemari teman-temannya.
  Kadang-kadang masalah keluarga ini tidak dimengerti jalan keluarnya oleh kak Rival, Papa mama acuh banget hanya memerhatikan kerja, kantor, kerja, kantor. Fini hanya ditemani beberapa pengasuh dari semasa dia kecil, mama papa nggak ada waktu sama sekali. Lagian Fininya juga tidak memaksa dan meminta perhatian, dia hanya diam.

Kembali ke Mobil...
"ma, pa.. ayolah" kak Rival mendekatkan mulutnya ke dek depan.
"mama lagi telpon, Val. jangan ganggu orang telpon" Papa menegur perbuatan kak Rival

Kak Rival mencubit lengan papa..
"AUUU! Rival!" papa membentak rival, namun mash sebatas kesal yang masih ke arah jokes. dia langsung mengerti.
"Fini..." katanya
"ah,iya pa"
"gimana seneng gak disana?"
"ah iya"
"banget?"
"ya.."

Nggak kerasa sudah sampai di rumah keluarga Fini, terletak di perkampungan sengaja agar kerja mereka lebih nyaman. Rumahnya semacam villa/cottage Bali, di depannya rumput hijau luas yang merata... bagian awal rumahnya diawali dua tiang penyangga yang pendek terbuat dari bebatuan dibawahnya adalah jalan batu kecil yang dilalui untuk bisa sampai ke pintu masuk utama. Pintu utamanya berukir ukiran bali yang fenomenal.
Pohon-pohon sedang menghiasi rumput hijau disekeliling cottage, membuatnya selalu rimbun walau semburat matahari sangat tegas.

"Ini Fin, rumah baru kita.. baru aja direnovasi saat kita pesen cottage ini.. tadinya kumuh banget kayak perkampungan orang jawa, tapi sekarang udah kayak  surgaaa :D" Kak Rival berusaha menghibur Fini yang turun dari mobil. daritadi ternyata kak Rival udah duluan nyosor ke depan cottage. mama papa masih dalam mobil pengen langsung ke kantor. Tapi Rival memaksa agar mama papa lihat-lihat dulu rumah barunya.

"oke, oke" kata papa
Fini tersenyum dia mengeret kopornya ke arah cottage, tapi kak Rival bilang biar petugas saja yang membawanya, beratnya tidak cocok buat Fini. Namun, fini tetap senang dia mendekat ke tiang yang menyangga itu, ternyata benar benar terbuat dr batu yang halus :) Fini selalu tersenyum saat itu, kak rival memang yang terbaik.

"Fini senang?" papa mendekati Fini dan memgang bahunya.
"iya..." tersenyum
"bagus, main ya disini sama kak Rival, papa mau ke kantor. oke?"
"oke pa"

Papa berlari menuju tempat stirnya, mama masih menelpon *huh dasarrr -_-*. Ketika papa menutup pintunya, mobil melaju.


         


Friday, April 20, 2012

-no title-

Sebuah novel yang kubuat sendiri:

 Mamaku bilang mengenal sastra lebih jauh itu manyakitkan dan akan membuatmu menjadi gadis yang berkacamata bulat. aku pun akan terus bertahan demi mamaku, dia adalah orang yang ingin aku punya pergaulan yg sehat dan luas, bukan berduaan dengan buku-buku diatas kursi yang sama dalam berjam-jam. Namun seperti yg kubilang tadi aku akan terus mempertahankan rupaku dari benda bulat yg menghiasi mata itu.
     "Daripada kayak begitu mending bantu mama, masak. emang kamu mau gitu terus?" Mama tiba-tiba muncul dari balik dapur oranye sempitnya. sambil memegang wajan kecil yg sudah hitam bawahnya. aku teringat terakhir kali menggunakannya untuk memasak telur. sisa keraknya tidak langsung kurendam sehingga aku dihujati berbagai kata-kata yang tidak kusukai, diapun sempat mendorong kepalaku hingga aku terhempas jatuh. Akupun bertahan untuk tidak menangis di tempat dan akhirnya aku memakan telur buatanku yg rasanya tidak seberapa. Aku tahu itu terlihat bohong, namun dia sangat menyayangi barang-barangnya. dan menurutku aku mendapat nasib sial.
       "eh, iya mah sebentar mau nyari kata di kamus dulu... aduh ni agak burem ya?" aku secara tidak langsung curhat sama mama tentang penglihatanku sekarang, aku benar-benar keceplosan.
        "kenapa lagi kamu ini? jangan bilang  kamu butuh kacamata? tuh kan mama bilang juga apa! mau kamu jadi anak culun? ngeyel sih kamu!" mama menggertak marah dari sana menatapku dengan tatapan seperti melihat maling yang membawa lari barang-barang kesayangannya, namun aku lega ia tak berjalan kesini. aku takut ia menggunakan wajannya untuk memukulku saking kesalnya. aku hanya menganggap ini... keberuntungan yang langka. Aku juga bingung harus menjawab apa pertanyaannya.... mau jawab 'iya' nanti dimarahin mau jawab 'gak' namanya bohong. jadi...
         "eh, enggak ding. ini cuman kamusnya yg kopiannya gak beres.hehe." kalau ini aku anggap tidak bohong, karena itu juga termasuk faktor pendukung terlihat buram, ditambah mataku yang entah 'plus' atau 'min'. tulisan itu terlihat berbayang dua dan kepalaku yg pusing saat melihatnya, namun aku akan terus berusaha tidak memakai kacamata apapun yang terjadi! karena aku mungkin akan dapat masalah entah dimarahi mama ataupun akan mengecewakannya.
       

Saturday, March 17, 2012

Pengalaman Renungan di skul

       Aku udah pernah baca novel yg niat penulisnya (aku yakin) buat nangisin anak orang. Tapi gak mempan banget deh sama aku, boro-boro nangis ketawa aja gak pernah. Aku kan anak tegar yang gak suka gigitin pagar jadi, ya gitulah gak mempan sama gituan.
Kamuorang gak tau apa itu renungan? Renungan itu semacam acara nangis-nangisan. Terserah mau nangis, nangis beneran, ataupun nangis boongan . Tapi yg namanya renungan kalo kamu ketawa>> siap-siap aja dimarahin guru.
Renungan biasanya make vidio yutub yg sedih2 dan pke power point, dan bisa jg pke suara dengan latar belakang lagu sedih yang bisa membuat kita menangis.(tp sumpah gk mempan sma akuu!). Kalo renungan itu yang paling banyak nangis adalah perempuan. Dari 100% kelas, 98% nya menangis dan yang enggak menangis 39%. Ya sih, masih banyak yg nangis, dan salah temen sekelasku yang nggak nangis dan juga salah kamu nggak mengingatkanku untuk bilang bahwa angka 39% persen itu bener atau salah. (emang 100% kurang 98% persen itu berapa sih? nyampe 30-an % gak?)
   Biasanya kalo kamu gk nangis (khususnya anak cowok) pasti guru (khususnya bu Rege) bilang gini
     'Kalian ini tidak SOPAN! TIDAK SAYANG ORANGTUA TAH?'
Kalo aku marahinnya beda lagi..
      'Woy! gua dah bawa cabe ama bawang gak dipake?! gimana sih? berat tau bawa bawa kayak gini!? blablalalblalalamaenkaretblabla(tp aku gk ngomong kykgitu)' Nih ya! diorang itu yang salah bukan aku,OKe! kemaren bilangnya minta bawain. eh sekarang.
     'Ca,Risa bawa mek ap (make up) hari ini. katanya lebih ampuh dari bawang sama.. apatuh namanya yang merah-merah itu (maksud dia cabe)? pedes pake itu loh mas'
        AKU KESEL. Risa bangga. agnes monica ketawa.
Sumpah kesel banget, udah bawa cabebawang kaya orang gila. di bis gk dapet tempat duduk. bawa beban berat bener. badan udah kecil kayakgini. gak dapet makanan di nikahannya Whitney Houtson. ah eubleh ableuh lah!
            Briiiiiik
Anak  cowok itu memang nggak ngerti renungan (kalo banci ngerti kali ya?). aku jai tambah kesel mikirin itu lagi. huuft -__-. Sementara aku kesel, Risa bangga lagi, Agnes monica ketawa (buset,ngapain sih ni anak? nongol terus dari tadi?!)
DAN DISINI CERITA DIMULAI...
        TUNGGU POSTING SELANJUTNYA YAA....
  

Saturday, February 11, 2012

Teks Sketsa (lagi :P)

Di Rumah,mamanya nina kan mau pergi (tanpa nina) jd klo nina gkk diajak biasanya dia jd depresi.. jd mama harus ngelonin nina yang sekarang tinggal di villa.
Mama: Eh, vina(kakakknya nina) tolong kamu siapin tas mama ya, mama mau ngelonin nina dulu,, huh! nina ini kan susah banget tidurnya. apalagi di villa yg dingin ini..
Vina: Iya,ma
DI kamar mama lg ngelonin Nina
Mama:Nina bobboo,oo nina boboo kalo enggak boobo digigit nyamukkk....
Nina: Grook,grook (udah tidur)
Mama: Tumben tidurnya cepet ya? (tiba2 vina dateng membawa obat nyamuk)
Vina: kaykmana enggak tidur orang nyamuknya segede itu tuuh!
Mama:WADUUH!!
Nina: (tetep tidur,takut digigit nyamuk)

Hal Penting Aja

¤ kehilangan pulpen => tidak ada pulpen
¤ tidak ada pulpen => tidak ada catatan
¤ tidak ada catatan => tidak belajar
¤ tidak belajar => gagal
¤ gagal => tidak ada ijazah
¤ tidak ada ijazah => tidak kerja
¤ tidak kerja => tidak ada uang
¤ tidak ada uang => tidak ada makanan
¤ tidak ada makanan => jadi kurus
¤ jadi kurus => jadi jelek
¤ jadi jelek => tidak ada cinta
¤ tidak ada cinta => tidak menikah
¤ tidak menikah => tidak ada anak
¤ tidak ada anak => sendiri
¤ sendiri => depresi
¤ depresi => bunuh diri
¤ bunuh diri => mati

Kesimpulannya :
Menghilangkan pulpen dapat menyebabkan kematian

Teks Sketsa

 Suatu sore Mamanya Tival menyuruhnya membersihkan kandang ayam yang banyak tai nya..
Mama: Tival,hati-hati ya.. disana banyak tai ayamnya!
Tival: Iya,ma...
Beberapa menit kemudian Tival selesai bersihin kandang ayam...
Tival: Mah,udh selesai tuh!
Mama: Pinter kamu! makasih ya...
Tival: Ma,ngomong2 tai ayam ini bersih gak sih? (sambil melihat bekas tai ayam ditangannya)
Mama: Gak,lah. Makanya kalau mau makan cuci tangan dulu,ya!
Tival: Oke,ma!
 Beberapa saat kemudian,Mamanya tival jerit2
Mama: YA AMPUN TIVAAL! kenapa tai ayamnya kamu makaaan?
Tival: Lho? kata mama kalau mau makan cuci tangan dulu? nih tival kan udah cuci tangan..
Mama: Tapi gak usah makan tai ayam juga,Kalee! cepet muntahin sana!
Tival: Iya ma... (dengan muka belepotan tai ayam,yg pasti ijo smua)

Saturday, February 4, 2012

hallo,baca novel disini

yey

Cerpen mengharukan edisi "school tragedy"

TRAGEDI LEM & SAHABAT
  
      "Sie,masuk SMU ini yuk!kata ibuku ini SMU paling favorit di Jepang" Rokie girang,dia menunjuk-nunjuk gambar close-up sekolah SMU yang kelihatan mewah dan rapih. "Jadi? nanti kau mau ke SMU mana Rokie?" Esie bertanya sambil menggelembungkan pipinya yang coklat merata. Cewek ini keturunan Amerika,Hobi ibunya berjemur di pantai, ya? mau bagaimana lagi. Sedangkan. sahabatnya yang sangat manis itu putih pucat,karena selalu berdiam diri dirumah dan paling malas jika disuruh ibunya ke pasar, juga paling anti liburan musim panas.
    "Tentu saja yang sama denganmu lah!"Tukas Rokie beberapa saat setelah itu,sama sekali tak terdengar nada-nada kata yang berbohong ataupun licik,dia terlihat seperti sahabat yang paling setia dengan Esie si pintar. Kejadian buruk baru akan terjadi.Permainan licik Rokie bentar lagi akan dimulai.

    Sekarang hari pertama sekolah, SMU Sugoi memulai KBM pertamanya dengan penuh senyum dan ceria. Bisa ditebak, Rokie dan Esie duduk sebangku. Betul kan? mereka sekarang duduk di paling belakang. Saat itu sensei belum masuk kelas dan Rokie,Esie sangat menikmati obrolan mereka.
       "Hey Didis!" Rokie berseru pada perempuan yang dikenalnya yang sehabis melewati daun pintu. "Hey Rokie. Hey Esie!" Esie menyuruhnya duduk di depan bangku mereka yg kosong satu. Dan dari kejauhan sana si Tefrey atau yg lebih akrab dipanggil 'Didis' mengangguk jelas. Langsung dia berlari kedepan batang hidung ereka yg sedang duduk. Mereka berbincang-bincang mengenai liburan dll. Mereka sngt akrab, yup.. karena teman satu SMP.
        Waktu terus berlalu,berlalu dan.. berlalu melewati satu semester kelas satu mereka, namun kali ini mereka benar-benar kehilangan satu teman mereka. Itulah yang dipikirkan oleh Esie,Tefrey dan... Viviy. Oh, tunggu dulu siapa Viviy? Dia adalah anak dr smp Inggris yg menjadi sahabat baru mereka. Tefrey sampai iri loh.. Iri karena putihnya kulit Viviy yg seperti bangsawan. KIni mereka pusing "Rokie,Rokie dan Rokie!... Dia slalu saja berdampingan dengan anak-anak tenar!!" Kata Esie,dia menumpahkan seluruh perasaannya di kamar mandi sekolah. "Sabar saja ya,, nanti juga kelihatan belangnya!"Tukas Tefrey marah sambil mengelus-elus bahu Esie yang pegall.
       "Kalian ini bagaimana?! bukannya kasian sama dia malahan marah marahin dia!!"Bentak Viviy gaje.
     "Loh kan?? dia yg salah..." kata tefrey "iya,dia itu sahabat pengkhianat!" balas esie
      "Dia itu ke lem sm anak tenar! tuh liat aja sendiri!" jawab viviy
      "WADUH!!!" kata mereka berdua stelah melihat keadaan Rokie.
     "Aduh sahabatku, bantu aku! ke lem nih!!! aDuh sakiit!"Kata Rokie smbil ngeluarin ingusnya yg ijo
   "IHh.. jijik sih,,, sana pegi jauh2 husss!" kata anak tenar
si esie ama si tefrey malahan nangis "Terimakasih, ternyata kita punya sahabat yg setia ya.... huhuhu.." isak tangis melebar
     "hey bantu aku!! kok malah nangis sih!?"