Saturday, March 30, 2013

He is My Flashback Part 12

#
Mobil Steven,

"Jadi dimana rumah lo?" Steven bertanya pd Servita yang duduk disebelahnya.

Namun Servita tetap membeku, dia mendesah pelan sshh, dia membuka jendela dengan ukuran setengah wajahnya.

"Dengerin gua ngomong dong, hey?" Steven menarik lengan Servita,

"Lo gak tau nama gua apa, kak?" Servita memegangi keningnya, dia merasa pusing.
"Kenapa lo pergi dari rumah? kenapa? sekarang lo harus bayar semuanya. Lapor sama mami papi yang udah ngerawat elo dari kecil sampe lo jadi kece kayakgini!" Servita yang merasa sedikit pusing mengeluarkan uneg-uneg nya seperti orang mabuk alkohol.

"Gua gak kenal sama elo ya cewek gila.. huh, apa lo mau gua turunin disini aja haa?" Steven menyupir agak pelan seakan menakuti Servita.

"Ja, Ja,Jangaaan kakkk,, Kak Stevenn !" Spontan Servita memeluk lengan Steven. Sifat lembut Servita yang terpendam lama-kelamaan terlihat. Ini berkat masa lalu yang menguasainya.

"Kakkk.. Servita sayang banget sama Kak Steven! mami papi juga udah nunggu di rumah, kakak jangan pergi lagi!!" Servita berujar lagi.

Steven masih dingin namun dia sedikit luluh dengan sifat cewek yang manja dengan kakaknya. Steven, dia kesepian karena tidak punya adek yang bisa bermanja-manja dengannya.
"Sekarang, kasih tau gua di mana rumah lo ?"

Servita menunjukan jalannya dengan banyak tingkah, Steven agak bingung namun dia selalu memasuki gang yang tepat.

"Kakk?" Servita dengan pelan berusaha memanggil Steven.
"Gua bukan kakak elo" Steven lalu kembali dingin.
"Cepet turun dari mobil gua.."

Servita pun langsung turun tanpa menutup pintunya, dan langsung lari ke pintu Steven dan membukanya. Dia menarik Steven hingga keluar. Tampang Steven kelihatan konyol, Servita narik2 Steven sampe pintu. Steven akhirnya pasrah "kasian cewek gilak ini" dia mikir gitu -_-.

"MAMIIIIII!!!!!!!!!!" Servita meneriaki maminya dari ruang tamu, Steven terpaksa duduk manis di sofa.

Mami Servita datang dengan wajah heran campur bingung. "Apalagi nak?"
Servita lalu menunjuk Steven "Kak Steven!"

Mami lalu mengernyitkan dahi,
Lalu memeluknya "Steven..kamu udh besar ya skrg.."

Servita lalu memeluk keduanya yang berpelukan, Steven merasa konyol. Namun tidak sopan bila melepasnya begitu saja --". "Iya Tante.."

Lalu Servita di usir maminya mandi, akhirnya dia pergi. Kini tinggal mami dan Steven.

"Tante, sebenernya ada apa? saya yakin saya bukan bagian anggota keluarga ini. Soalnya saya punya keluarga sendiri. aktenya jelas kok ! kalo mau saya bawain besok!" Steven langsung ngebass namun masih sopan lah -dikit.

"Maklumin aja deh ya.. Servita emang suka kayakgitu, sekarang gila dia kumat lagi" >> emaknya aja ngakuin--"

"Jadi dulu tante punya 2 anak, servita dan steven. Steven meninggal kecelakaan, tapi tante bilangnya dia pergi entah kemana. Ya waktu itu servita percaya karena dia masih kecil. Terus belom lama ini dia bahas2 lagi, tante terus ngalihin pembicaraan. Eh terus ketemu kamu ya? apalagi kamu mukanya mirip nak,pasti dia ngiranya kamu Steven kakakknya." Mami itu cerita panjang lebar.

"Noh?!" Steven kaget bukan main, tp dia bersyukur kalo dia bukan kakakknya cewek gila itu.

"Tapi nak, tante mau minta tolong sama kamu,"

"GLEK" >> Steven

"Tolong kamu ngabisin waktu terus lah sama Servita itu, soalnya dia penyakitnya lagi kumat. Tante takut kalo tertekan lagi dia bisa kumat akut. Tolong lah ya nakk steven? Tolonglah nak steven" mami bener bener sedih nyeritain kayakgitu, walaupun gak ada sama sekali air mata di pipinya namun di dalam hatinya dia menangis.

"Umm.. "
"Gimana nak steven?" Tante itu memandangi steven dengan wajah sedih.

Steven berusaha tersenyum dan dia pun pamit pulang.
"Besok bakal steven hibur dia di sekolah , te."

"makasih nak steven" Tante itu tersenyum dan membukakan pagar buat nya.

Servita berlari keluar pagar, dia cemas akan kakaknya itu.
"Mana dia? mana?"
"dia pulang ke rumah orangtua barunya. Gak sopan kan kalo dia disini,? tenang aja servita dia akan selalu berkunjung kesini, dia gk mungkin tdk menepati janjinya." Tante itu memeluk Servita.

"Mami..."

#
Rumah Irfan

Irfan duduk ujung ranjangnya, menghadap jendela yang mengalirkan banyak desiran angin. Poninya sesekali menari karena desiran angin. Dia memikirkan sseorang yang selalu mendampinginya. Semakin dia memikirkannya semakin jantungnya berdetak cepat.

Keputusan yang bener-bener sulit..

Irfan pun mengambil hapenya dan mengetik sms ke Sabila seperti biasanya. Siapatau Sabila mengerti apa yang Irfan rasakan.

To: Sabila
  Hai..  |

Irfan bingung mau sms apa, biasanya ini gk terjadi padanya. Dia meng-cancel nya.

Jadi, seorang Irfan yang kece terkenal waktu SMP dulu.. bakal ngejomblo demi nungguin cewek misterius itukah?

Dia masih terngiang kata-kata Sabila, sahabatnya.

Irfan's POV
Sabila, lo sahabat gua yang palingg baik. Lo itu juga anaknya gampang malu banget deh, lucu. Lo juga perhatian banget. Dan ternyata ada yang satu hal yang gak gua sadarin selama ini, 'kenapa gua harus nunggu cewek yang antah berantah dimana dan yang gak pernah ada di hidup gua?' sedangkan ada elo disamping gua yang selalu merhatiin dan ada di kala sedih maupun senang [?]

Irfan lalu tersenyum sumringah, spertinya dia sangat bahagia.

He is My Flashback Part 11 [2]

 | Kelanjutannya dari Bioskop |

#
Rumah Sabila,

"Hoaamm.." Sabila merebahkan dirinya di ranjang. Dia lelah seharian menghabiskan wktu dengan Irfan sekaligus senang juga sih. Skrg sudah pukul 4 sore, tentu saja dia sangat lelah .  Kadang-kadang saking senengnya dia loncat di atas kasur, ngaca sampe sejam-an, makan ciki banyak-banyak, ataupun nge-hair dryer rambut yang udah kering, kalo enggak nyoret-nyoret kaca rias nya dengan lipstick. (sumpah ini koplak semua).

Sabila kelaparan,
Dia menuju ke dapur untuk memasak mie sisaan --", terdapat suatu kertas kecil di atas meja dapur. Sabila meraihnya,

Maaf mama tinggal, tapi Saras tiba-tiba pusing. Jadi mama nganterin dia ke rumah sakit.
 

Mama.

"Sarass? kenapa dia?" Sabila menekankan alisnya, dia berdoa agar Saras tidak apa-apa, dia adalah kakak terbaik yang pernah ada sejak Sabila kesepian akhir-akhir ini. Saras juga jarang berada di rumah karena dia Sekolah di luar negeri, dia sangat berharap bisa tinggal lama dengan Saras.

Sabila meraih panci dan sebungkus mie, dia memasak dengan santai.

#
Rumah Sakit,

"Dia belum siuman, pemeriksaannya butuh pembiusan, maaf anda harus menunggu." Seorang suster dengan papan kecil yang dipegangnya berujar sopan setelah membukakan pintu untuk wanita di depannya.

Wanita itu hanya mengangguk lemah dan tersenyum.

Tercium aroma obat sekilas di hidungnya, disusul bau sabun rumah sakit yang wangi. Di atas ranjangnya, gadis muda itu berbaring. Saras

Wanita itu duduk di kursi sebelah ranjangnya, dan memikirkan apa kata dokter tadi.
"Dia punya banyak kelainan darah, namun saudara kembarnya sangat beruntung tidak memiliki ini. Ya, cuma dia yang terkena imbasnya. Ini memang resiko bu. Darahnya terbuang sangat banyak sejak tahun ini, apa yang dia lakukan?"

Air mata Wanita itu menetes membayangkannya,
"Jangan pernah buat dia terlalu tertekan, selalu diawasi. Darahnya sangat berhubungan dengan sarafnya. Peyakit ini saya rasa komplikasi sejak lahir. Kematian mendadak rentan untuknya, jangan pernah remehkan dia bu kalau anda mau dia tetap hidup."

Saras...
Sabila...

#
Rumah Sabila,

Sabila sudah selesai makan, dia ingin menelurusi kamar saudara kembarnya 'Saras' yang kali ini wajah nya sudah berbeda dan udah gak kembar lagi #Poor Sabila. Dia ingin mengenang masa lalunya, soalnya dikamar Saras banyak foto masa kecil mereka.

Sabila membuka pintu nya,
disambut oleh stuff stuff milik Saras. Saras memang tipikal yang dewasa banget, isi kamarnya berkaitan dengan hobbynya, idolanya, dan sekolahnya. Yang paling menarik hati Sabila adalah souvenir2 dari luar negeri yang dibawanya.

Sabila memandangi foto yang dibingkai rapih, terpasang rapih di dinding di atas ranjangnya. Foto itu sangat besar sekali. Di dalamnya ada dua gadis kecil yang berpose sama, berwajah sama, berbaju sama. Sabila hanya tersenyum-senyum saja melihatnya. "Kalo masih sama mukanya mungkin Irfan udh jatuh hati kali ya sama gue.. Hmm.."

Sabila menuju meja belajarnya, dia melihat sehelai sapu tangan.
"Sssaras...?? Iiitu... Darahh?!"
"Gakk.. gak mungkin!"

Sabila terperangah gak percaya.

-----

Maap kalo pendek >_< Ini kan yang [2] nya hehe :D
Kali ini Sabila bakal dilanda banyak konflik dan masalah. Pusing juga sih saya bacanya, masalah nya servita-steven juga gak jelas nih sekarang. Tapi kalo masalahnya Saras ini, ntar bakal jadi Main Topic nya. bakal berhubungan dengan cintanya Irfan. Liat aja nanti [!]