TIK TOK TIK
TOK..
Jam setengah empat pagi, dan tidak ada yang menunguinya di rumah sakit. Sekotak donat bermerek terkenal tergeletak di meja telfon, juga aneka bingkisan titipan. Sabila merasa dingin, selimut bergaris itu tak mampu melindunginya dari serangan angin dingin. Juga kasur yang tidak ramah pada tulang punggungnya. Namun, sekarang dia merasa jauh lebih baik, tubuhnya sudah tidak pegal lagi dan tangannya sudah mudah digerakkan kembali. Tetapi yang dia takutkan adalah kedua bola matanya yang masih saja buram jika melihat.
Jam setengah empat pagi, dan tidak ada yang menunguinya di rumah sakit. Sekotak donat bermerek terkenal tergeletak di meja telfon, juga aneka bingkisan titipan. Sabila merasa dingin, selimut bergaris itu tak mampu melindunginya dari serangan angin dingin. Juga kasur yang tidak ramah pada tulang punggungnya. Namun, sekarang dia merasa jauh lebih baik, tubuhnya sudah tidak pegal lagi dan tangannya sudah mudah digerakkan kembali. Tetapi yang dia takutkan adalah kedua bola matanya yang masih saja buram jika melihat.
Di meja
sebelah kasurnya tergeletak sebuah kacamata, Sabila mengambilnya dan langsung
beranjak dari tempat tidur, setelah memakainya terasa lebih terang dan jelas
kacamata ini harus berjumpa lagi dengannya. Lalu dia mencari ponselnya, tanggal
berapa sekarang? Hari apa? dan sudah berapa lama dia tertidur di sini.
Sabila
menghidupkan lampu.
Dia sudah mendapatkan ponselnya.
Tidak
mungkin… sudah 3 minggu lebih aku koma,
kecelakaan? Bagaimana bisa?
Sabila mulai mengingat kecelakaan itu, supirnya yang tewas dan tertimpa reruntuhan. Mobilnya yang hancur akibat tabrakan sebuah truk, dan.. perpisahan kls 9 nya. sekarang aku udah SMA?
Anehnya
Sabila sama sekali tidak ingat Irfan, embuh siapa dia? Sekarang kan masalah
lebih serius. Apalagi saat terakhir Sabila melihat Irfan itu saat matanya
menyinis sangat dalam bukan senyuman yang indah. Sekarang dia hanya memikirkan
kesehatan, keluarga dan pendidikan. *Tolong bagi siapa saja jangan ingatkan dia
pada Irfan, okay?*
Sabila memeriksa pesannya,
terakhir ada dari Yuni,
Sab? Jangan lupain gue, dan lupain aja dia. Lo lagi gak papa kan,sa? Moga lo dapet SMA favorit, bye moga lo baek2 aja disana :’ I miss u my friend always..
Sab? Jangan lupain gue, dan lupain aja dia. Lo lagi gak papa kan,sa? Moga lo dapet SMA favorit, bye moga lo baek2 aja disana :’ I miss u my friend always..
Senin,7
Mei 2012 18:37
Pesan yang
udh bener-bener kadaluarsa, kalo dijawab sekarang juga gak bakal berguna. Tapi
Sabila tetap membalasnya. Yuni, smoga lo
baca sms nya J
#
Sabila tertidur (lagi-lagi) di sofa, jam delapan pagi. Dia membenarkan kacamatanya yang jatuh dan kembali mengucir rambutnya yang berantakan. Lalu membuka tirai sehingga cahaya masuk, dia juga membuka jendelanya untuk menghirup udara pagi. Televisi di rumah sakit itu berguna juga, Sabila menghidupkannya dan menonton kartun pagi *wah anak kecil bgt* dari pada bĂȘte, katanya.
Sabila tertidur (lagi-lagi) di sofa, jam delapan pagi. Dia membenarkan kacamatanya yang jatuh dan kembali mengucir rambutnya yang berantakan. Lalu membuka tirai sehingga cahaya masuk, dia juga membuka jendelanya untuk menghirup udara pagi. Televisi di rumah sakit itu berguna juga, Sabila menghidupkannya dan menonton kartun pagi *wah anak kecil bgt* dari pada bĂȘte, katanya.
Sabila
mengecek Ponselnya.
Layar
ponselnya tetap polos, tak ada pertanda pesan masuk ataupun Misscall. Sabila membanting ponselnya di sofa lalu kembali
menguasai remot.
Suara bel
pintu, KRINGGGGG
Sabila
beranjak menuju pintu, memutar tuasnya.
“Sabilaa
!!!!” Saras, saudara kembar Sabila
langsung memeluknya.
“Saras..” Sabila tersenyum dia senang Saras bisa datang lagi, kemarin dia datang tetapi Sabila masih dalam keadaan stengah tidak sadar sih.
“Sab.. mama bawa pudding lhoo..” Mama mencubit pipi sabila dan memberikan bungkusan bertuliskan Jelly.
“Wow.. haha, mkasih smuanya, Papa?” Sabila kaget, ternyata papa juga bisa mengobankan waktu kerjanya demi Sabila.
“Sabila udh sembuh ya, gimana serasa Putri tidur?” Papa mengusap kepala Sabila, Sabila tertawa-tawa. Ayahnya sangat humoris.
“Saras..” Sabila tersenyum dia senang Saras bisa datang lagi, kemarin dia datang tetapi Sabila masih dalam keadaan stengah tidak sadar sih.
“Sab.. mama bawa pudding lhoo..” Mama mencubit pipi sabila dan memberikan bungkusan bertuliskan Jelly.
“Wow.. haha, mkasih smuanya, Papa?” Sabila kaget, ternyata papa juga bisa mengobankan waktu kerjanya demi Sabila.
“Sabila udh sembuh ya, gimana serasa Putri tidur?” Papa mengusap kepala Sabila, Sabila tertawa-tawa. Ayahnya sangat humoris.
Mereka berkumpul di dekat sofa
dan membicarakan hal-hal penting seputar Sabila.
“Ma, pa..
jadi gimana SMA Sabilaa?”
“Gampang itu, Sabila kan pinter. Masuk lah di SMA favorit”
“Yang negri?”
“Iya..”
“Tapi Sabila gak suka negeri, bagusan swasta”
“Dimana-mana favorit itu negeri,sab-_-“
“Tapi Sabila mau swasta ajahh.. wee”
“Yaudah abis ini yaa.. kamu kan udah sehat”
“Gampang itu, Sabila kan pinter. Masuk lah di SMA favorit”
“Yang negri?”
“Iya..”
“Tapi Sabila gak suka negeri, bagusan swasta”
“Dimana-mana favorit itu negeri,sab-_-“
“Tapi Sabila mau swasta ajahh.. wee”
“Yaudah abis ini yaa.. kamu kan udah sehat”
Sabila
tersenyum senang karena dia sudah bisa daftar SMA. Eh tiba-tiba ponsel mama berdering,
mama menerimanya dengan serius dan langsung memegang tangan Sabila dengan cemas
namun sedikit senyumnya masih terlihat.
“Sab, abis ini kamu harus operasi…”
“Kenapa?”
“Sab, abis ini kamu harus operasi…”
“Kenapa?”
Sabila memegangi wajahnya, dia baru tersadar. Wajahnya remuk karena tertimpa reruntuhan.
“Gak bakal ilang,sab.. harus, o..operasi”
“Jadi muka Sabila berubah gitu? Gak kembar sama Saras lagi?”
“Tapi kamu nggak akan kehilangan mata indah kamu,sab.. tetep aja..”
Lalu Sabila
tertidur kembali, ternyata mereka membiusnya. Setelah bangun wajah Sabila akan
berubah selamanya dan mungkin Yuni tak akan mengenalinya, namun kata mama
Sabila memiliki mata yang indah? Apa itu? Apa aku dikenal dari dua buah mata? Sudahlah, terima kenyataan sab u,u
#
Mata Sabila kembali terbuka, entah kenapa dia sebal. Dia mudah sekali dijatuhkan dengan bius. Tidur dan saat membuka mata dia ada di tempat lain, sekarang.
Mata Sabila kembali terbuka, entah kenapa dia sebal. Dia mudah sekali dijatuhkan dengan bius. Tidur dan saat membuka mata dia ada di tempat lain, sekarang.
Kamarnya.
Seperti
biasa dia sudah terbaring rapi dibawah selimut hangatnya yang tidak bergaris,
dan juga kasur empuknya yang tidak seperti di rumah sakit. Kamar Sabila luas,
dan dia mempunyai lemari yang sangat besar untk mengisi semua stuff yang dia punya termasuk didalamnya
sepatu, baju, dress formal, aksesori, dan cermin yang sangat besar.
Dia menuju
kesana untuk melihat perubahan wajahnya, tentunya sebelum itu dia mengambil
kacamatanya yang lagi-lagi tergeletak di meja sebelah tempat tidurnya.
Sekarang
dia berdiri di depan cermin.
Semuanya
berubah kecuali matanya, mukanya yang tadi bulat sekarang terlihat lebih oval
dan juga kulitnya yang sedikit coklat berubah menjadi putih bersih, pasti
gara-gara tadinya pigmen kulit ternodai reruntuhan dan juga banyak perubahan
lainnya yang tidak bisa dijelaskan. Entah apa perasaannya terhadap hal baru
ini.
Menjadi cantik tapi.. bukan dirinya sendiri
Oh iya,
siang ini Sabila mau melakukan pendaftaran SMA, tetapi bukan negri sesuai yang
dijanjikan. Sabila sih maunya yang swasta-swasta ajah.. contohnya SMA Tunas Bangsa,
SMA Pelita kelas atas dengan spp yang WOW
banget.
And kayaknya mulai SMA ini tata bahasa 'aku-kamu' yang dipake Sabila bakal berubah ke 'gua/gue-elo'. Soalnya faktor lingkungan -_- #Galau
And kayaknya mulai SMA ini tata bahasa 'aku-kamu' yang dipake Sabila bakal berubah ke 'gua/gue-elo'. Soalnya faktor lingkungan -_- #Galau
#
Sabila sudah siap, dia sudah diluar rumah menunggu mama yang akan menyetir. Papa sudah ke kantor lagi. Saras? Di rumah dia harus istirahat, karena dia baru pulang dari New York. Dia harus menikmati liburannya dengan baik.
Sabila sudah siap, dia sudah diluar rumah menunggu mama yang akan menyetir. Papa sudah ke kantor lagi. Saras? Di rumah dia harus istirahat, karena dia baru pulang dari New York. Dia harus menikmati liburannya dengan baik.
Mama sudah
berada diluar dia melempar kunci mobil ke Sabila, Sabila menghidupkannya dan
masuk, dia menancapkan kunci ke lubang kunci. Selang beberapa detik mama masuk
langsung tancap gas.
“Jadi
dimana?” Mama menoleh ke Sabila
“SMA bangsa apa pelita yaa?” Sabila bingung dia menghadap ke depan dengan tatapan kosong.
“SMA Bangsa aja ya, lebih deket dari rumah,oke?”
“Yaudah deh lebih aman juga kan?” Sabila setuju dan mama pun berbelok ke kiri.
“SMA bangsa apa pelita yaa?” Sabila bingung dia menghadap ke depan dengan tatapan kosong.
“SMA Bangsa aja ya, lebih deket dari rumah,oke?”
“Yaudah deh lebih aman juga kan?” Sabila setuju dan mama pun berbelok ke kiri.
Tinggal
beberapa meter lagi, wakil sekolah Sabila akan terlihat. Dalam detik-detik
terakhir Sabila mengingat lagi masa Lalunya, dia tidak bisa menyusun semuanya
dengan runtun. Ingatannya sedikit kabur seperti pengelihatannya sekarang. Tahun
ini dia sangat benar2 membutuhkan kacamatanya, dan takkan dilepas jika ada
suatu pesta atau sebangsanya.
Dia mulai mengingat sesuatu ketika dia memikirkan kacamata,
Oh iya! Aku melepasnya saat perpisahan, dress
yang melambai, seseorang yang menatapku sinis, juga mobil hitam yang tertabrak
gedung. Aku terhempas…
Terhempas.. dan aku lenyap di bawah reruntuhan, supir itu mati. Ya, aku mengalami kecelakaan..
Terhempas.. dan aku lenyap di bawah reruntuhan, supir itu mati. Ya, aku mengalami kecelakaan..
Irfan…. Siapa dia?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Sab… Sab!”
Mama mengalihkan wajahnya kea rah Sabila secara penuh, juga menjentikkan
jarinya
Sabila tersadar, dia langsung menghentikan masa lalunya dan menghadap ke mama
“Iya ma?”
“udah sampe, sab.. ngelamun terus”
“hehe” Sabila langsung membuka pintu dia memandang ke luar. Tempat yang luar biasa.
Sabila tersadar, dia langsung menghentikan masa lalunya dan menghadap ke mama
“Iya ma?”
“udah sampe, sab.. ngelamun terus”
“hehe” Sabila langsung membuka pintu dia memandang ke luar. Tempat yang luar biasa.
SMA Tunas
Bangsa, itulah tulisan yang tertera di plangnya. Sekarang Sabila masih berada
di tempat parkir mobil yang luas. Banyak sekali mobil disana tak ada motor,
semua siswa disini memakai mobil untuk transportasi. Sekolah ini sangat luas,
ini baru saja tempat parkirnya. Sabila belum masuk ke daerah gedung-gedung
kelasnya. Tapi melelahkan juga, dia harus berjalan kaki untuk ke kelas nya yang
jauh dari tempat parkir.
Sabila
mulai berjalan kearah gedung kelas, dia memakai tas selempang dan tentu saja kacamatanya.
Rambutnya yang panjang kini lebih sedikit memendek, dan dikucir ikal. Tak ada
yang mengenalinya sebagai Sabila SMP.. hanya orang-orang tertentu yang dapat
tau itu Sabila dari matanya. *Sabar ya
sab :’* mama menyusulnya dr belakang, menggandeng tangan Sabila sambil
tersenyum mereka berdua beriringan menuju kelas.
#
Di Gedung kelas,
Di Gedung kelas,
Banyak
Siswa baru yang mendaftar, ada yang sedang berkumpul bersama teman barunya, ada
yang bersama orang tua mereka. Koperasi sekolahnya juga tak tanggung-tanggung
dipenuhi pembeli, anak SMA demen jajan juga ternyata.. *hehehe* Sabila tertawa
memerhatikannya.
Mama menuju
ke tempat pendaftaran, sabila mengikutinya dari belakang sambil sibuk
membenarkan tas selempangnya. Sementara mama sudah ada di depan si penerima
pendaftaran, sabila menunggu di bangku panjang tempat siswa lain duduk juga.
Dia melihat ke sekitar.
Irfan.. siapa dia?
Sabila
masih mengingatnya, dia berusaha berfikir dan mengingatnya lagi, dia juga
melihat ke sekitar siapatau bertemu sesuatu yang membuatnya ingat. Dia
membenarkan kacamatanya lagi dan memeriksa ponselnya.
"Numpang
ya…”
eh.. siapa?
Ternyata
orang yang duduk disebelahnya, bangku itu memang hanya cukup dua orang. Bangku
lain sudah diiisi, terpaksa dia duduk disini. Sabila memerhatikan wajahnya, dan
sepertinya dia pernah melihat wajah itu.
Seperti..
orang yang pernah dia lihat sebelumnya, sabila kelewatan memerhatikannya.
“emm.. maaf kenapa ya?” kata orang didepan wajahnya
“ah, tidak” sabila menunduk malu dia membenarkan kacamatanya, eh tiba-tiba dari bawah dia melihat tangan menyambar.
“emm.. maaf kenapa ya?” kata orang didepan wajahnya
“ah, tidak” sabila menunduk malu dia membenarkan kacamatanya, eh tiba-tiba dari bawah dia melihat tangan menyambar.
“Gue
Irfan.. lo mau daftar sini juga?”
FREEZE! Dia Irfan…? Aku baru ingat, Irfan dia
adalah..
Sabila
memerhatikan lagi wajahnya, wajahnya terangkat dia tidak menunduk lagi. Lalu
melihat wajahnya dalam-dalam..
Dia adalah.. orang yang,
Pernah kusukai
Sabila menelan
ludahnya, dia memalingkan wajahnya sesekali, hampir tidak menjawab pertanyaan
Irfan.
Membuat Irfan bertanya lagi
dengan makin penasaran.
“Siapa nama lo?”
“Siapa nama lo?”
“ah.. gue
Sabila.. lo?”
“kan gue Irfan.. tadi kan udah dikasi tau, dari SMP mana?” *hadeh sabila koplak-_-*
Mampuss.. mau jawab apa? nanti pasti jawab kelas 9e, itu dia pasti nanya.. kok gak pernah liat? Nah lo abis itu mau jawab apalagi. Oh iya! Dia gak nyadar kalo gue ini anak yang dia penasarin, Irfan aja gak tau nama gue waktu SMP. Yuni manggil gue Cuma ‘sab sab’ aja. Irfan juga gak tau kalo gue si rambut panjang pake kacamata itu suka sama dia. Jadi disini dia gak ada feel. Yuni.. lo dimana sekarangg?
“kan gue Irfan.. tadi kan udah dikasi tau, dari SMP mana?” *hadeh sabila koplak-_-*
Mampuss.. mau jawab apa? nanti pasti jawab kelas 9e, itu dia pasti nanya.. kok gak pernah liat? Nah lo abis itu mau jawab apalagi. Oh iya! Dia gak nyadar kalo gue ini anak yang dia penasarin, Irfan aja gak tau nama gue waktu SMP. Yuni manggil gue Cuma ‘sab sab’ aja. Irfan juga gak tau kalo gue si rambut panjang pake kacamata itu suka sama dia. Jadi disini dia gak ada feel. Yuni.. lo dimana sekarangg?
“gue.. gue
dari SMP Darma” Sabila menjawab dengan setenang mungkin,
“oh..”
“oh..”
Haa?? Irfan lo Cuma jawab ‘oh?’ sedangkan gue
udah panic kayak apa.. ada apa dengan lo Irfan? Kenapa lo gak histeris? Apa lo
benci sama masa lalu elo? Apa lo gak mau nginget si kacamata rambut panjang
itu?! Udah lah, gue gk pengen nanya ‘kalo lo?’
“Smoga kita
sekelas..” Katanya
“eh..?” Sabila kaget, dia hamper meloncat namun membeku.
“eh..?” Sabila kaget, dia hamper meloncat namun membeku.
Mama
datang, menghampiri mereka..
“Tes nya besok sab,yuk” mama langsung nyerocos, eh dia ngelihat cowok disebelah Sabila dan langsung bertanya
“Tes nya besok sab,yuk” mama langsung nyerocos, eh dia ngelihat cowok disebelah Sabila dan langsung bertanya
“Siapa ini
sab? Temen baru?”
“Saya Irfan, tante” Irfan menjabat tangan mama
“iya, mah” Sabila langsung beranjak, lalu memalingkan muka malu.. juga membenarkan kacamatanya.
“oh.. pulang dulu ya fan, “ Mama tersenyum pada Irfan
mereka langsung berbalik,
“Saya Irfan, tante” Irfan menjabat tangan mama
“iya, mah” Sabila langsung beranjak, lalu memalingkan muka malu.. juga membenarkan kacamatanya.
“oh.. pulang dulu ya fan, “ Mama tersenyum pada Irfan
mereka langsung berbalik,
“Sampe
ketemu di Tes…” Irfan tersenyum
Namun,
sabila tak mendengarnya.